Hadir Di Meranti, Zahwani Pandra Arsyad : Meranti Rumah Kedua Bagi Saya

RiauKepri.com, MERANTI– Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad, yang merupakan Kapolres pertama di Kepulauan Meranti sekaligus salah satu pencetus nama Cian Cui menegaskan kalau Kabupaten termuda di Riau ini merupakan rumah kedua bagi dirinya.

Dalam sesi Wawancara, Kamis (30/01/2025) siang, Kabid Humas Polda Kepri Kombespol Zahwani Pandra Arsyad SH Msi ini turut menyampaikan apresiasinya terhadap keberlanjutan festival ini. Ia mengenang bagaimana pada tahun 2014, berbagai tokoh masyarakat dan paguyuban sepakat mengangkat Festival Perang Air sebagai kearifan lokal yang merepresentasikan kebhinekaan.

“Saya bersyukur karena festival ini terus dilestarikan dan kini diresmikan oleh Pemkab Kepulauan Meranti. Festival ini bukan hanya ajang hiburan, tetapi juga simbol persatuan antar suku, agama, dan ras di Kepulauan Meranti,” katanya.

Kedatangan Pandra kali ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, bertepatan dengan perayaan Imlek, dimana ia diundang secara khusus sebagai tamu kehormatan.

Baca Juga :  Cooling System, Kapolsek Tebingtinggi : Mari Sukseskan Pilkada Dengan Damai

Tak heran, meski sudah lama tidak bertugas di Selatpanjang, Pandra masih sering diundang untuk hadir setiap kali Imlek. Baginya, Kepulauan Meranti bukan sekadar tempat bertugas, melainkan rumah kedua yang penuh kenangan.

Selama tiga tahun bertugas di Kepulauan Meranti, Pandra mengaku memiliki kedekatan emosional yang kuat dengan daerah ini.

“Benar, waktu begitu cepat berlalu. Di mana pun saya bertugas, saya tetap ingat Meranti. Sudah lama saya meninggalkan kabupaten tercinta ini, tetapi kebahagiaan besar bersama tokoh agama, tokoh masyarakat, dan warga Meranti tidak akan pernah saya lupakan,” ujar Pandra.

Selain menjadi wadah kebersamaan, Festival Perang Air juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Kombes Pandra menekankan bahwa festival ini berkontribusi terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat melalui sektor pariwisata.

Baca Juga :  Permudahkan Pencarian, Malam Ini Pawang Buaya 'Diturunkan' 

“Saat saya menjabat sebagai Kapolres pertama di Meranti, salah satu perhatian saya adalah bagaimana menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, sekaligus meningkatkan kesejahteraan mereka melalui potensi wisata. Kita lihat hari ini, hotel, restoran, dan transportasi seperti becak mendapatkan berkah ekonomi dari wisatawan yang datang,” ujarnya.

Sapaan Akrabnya Pandra juga juga mengaitkan kemajuan ini dengan program Asta Cita yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto, yang menekankan pemanfaatan sumber daya dan potensi daerah untuk kemakmuran masyarakat.

Dengan berlangsungnya Festival Perang Air selama enam hari, Kepulauan Meranti kembali membuktikan bahwa tradisi lokal dapat menjadi magnet wisata yang memperkuat ekonomi, sekaligus merawat keharmonisan sosial di tengah keberagaman.

Festival ini menjadi daya tarik utama wisata, tidak hanya bagi masyarakat Riau, tetapi juga bagi wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara. Setiap tahunnya, pengunjung dari Tiongkok, Malaysia, Singapura, hingga Australia turut meramaikan festival yang berlangsung selama enam hari berturut-turut ini.

Baca Juga :  Remaja Di Meranti Hilang, Warga : Diduga Ada Dimulut Buaya

Keunikan perayaan Imlek di Selatpanjang membedakannya dari kota lain di Indonesia. Tradisi saling siram air yang berlangsung dari pukul 16.00 WIB hingga 18.00 WIB ini menciptakan suasana penuh kegembiraan dan kebersamaan. Jalur Perang Air meliputi Jalan Kartini, Jalan Imam Bonjol, Jalan Tebingtinggi, dan Jalan Diponegoro, di mana masyarakat menunggu di tepi jalan dengan ember dan drum berisi air untuk menyiram peserta yang melintas.

Tidak hanya warga, peserta juga bersiap dengan pistol air, gayung, hingga ember untuk saling serang dalam suasana yang meriah. Becak motor dan sepeda motor menjadi kendaraan utama peserta, menambah keseruan festival ini. (AL).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *