RiauKepri.com, PEKANBARU– Turnamen Trofeo Riau Bermarwah yang seharusnya digelar di Stadion Kaharuddin Nasution, Rumbai, pada Sabtu malam (30/08/2025), dibatalkan setelah ratusan massa tak dikenal mengamuk di dalam stadion. Massa yang menerobos masuk melalui pintu utara stadion, membakar ban bekas di area tribun utara, dan merusak atribut-atribut turnamen yang melibatkan tiga negara Asia, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Kekacauan semakin parah ketika massa meneriakkan kata-kata yang menghina Gubernur Riau, Abdul Wahid, serta melemparkan kembang api dan mercon ke tengah lapangan. Keamanan yang ada di pintu-pintu stadion tetap waspada, namun tim medis terpaksa meninggalkan lokasi melalui pintu utara untuk menyelamatkan diri.
Sekretaris panitia pelaksana Trofeo Riau Bermarwah, Prima Putra, menyatakan bahwa turnamen dibatalkan karena kerusakan yang ditimbulkan oleh massa. “Ya, turnamen batal digelar karena aksi massa yang merusak semua atribut turnamen. Tidak ada jadwal pengganti pertandingan,” ungkap Prima Putra.
Awalnya, turnamen ini digelar untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Provinsi Riau yang ke-68 dan HUT Republik Indonesia yang ke-80. Namun, yang tersisa kini hanya kekacauan, menggarisbawahi ketegangan yang semakin dalam antara pemerintah dan pendukung PSPS Pekanbaru.
Di balik amuk massa, banyak yang menilai aksi tersebut dipicu oleh kekecewaan terhadap Gubernur Abdul Wahid yang dianggap ingkar janji. “Ini murni kekecewaan kami,” kata Kenny, salah satu suporter yang ikut serta dalam aksi tersebut. Ia menjelaskan bahwa pada Juni 2025, Gubernur Wahid berjanji akan menjadi sponsor utama PSPS Pekanbaru, namun janji itu tidak terealisasi hingga kini.
Kekecewaan semakin mendalam mengingat pada Mei 2025, Wahid bertemu dengan pemilik PSPS, Gede Widiade, dan pemerintah provinsi bahkan mengumumkan kolaborasi untuk membangkitkan kejayaan klub. Namun, setelah berjalannya waktu, janji itu tidak terwujud.
Bagi suporter PSPS, stadion adalah “rumah” mereka, dan meskipun mereka mengklaim tidak merusak fasilitas inti seperti rumput lapangan, mereka membakar spanduk, baliho, dan atribut turnamen sebagai bentuk protes. “Kami hanya ingin menyampaikan aspirasi. Wajar kalau kecewa,” kata Kenny.
Ironisnya, meski Pemerintah Provinsi Riau mampu menggelar Trofeo Riau Bermarwah dengan biaya miliaran rupiah, turnamen tersebut kandas hanya dalam hitungan jam. Sementara PSPS, yang memiliki sejarah panjang di sepak bola Indonesia, tak mendapatkan bantuan nyata.
“Sudah tak membantu, dicampakkannya pula orang-orang yang ingin membangun PSPS,” ujar seorang suporter lainnya. Janji kolaborasi yang sempat membuat harapan muncul kini berakhir dalam kekecewaan, memperlihatkan jurang lebar antara janji politik Gubernur Wahid dan kenyataan di lapangan.
Hingga berita ini diturunkan, pihak keamanan masih bersiaga di sekitar stadion, sementara panitia acara mulai membersihkan perlengkapan yang sempat terpasang. Belum ada kepastian apakah pertandingan akan dijadwalkan ulang. (RK1)
sumber: goriau.com







