RiauKepri.com, PEKANBARU – Hari itu, matahari masih tinggi ketika telepon genggam Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil berdering. Ahad, 15 Desember 2024. Suara dari seberang adalah petinggi Korem 031/Wira Bima yang berbicara tegas, ada permintaan mendesak terkait pembentukan satuan teritorial baru yang akan memikul nama besar.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) itu harus membuat keputusan cepat. Di hadapannya ada akhir pekan yang biasanya dihabiskan bersama keluarga, terutama sang cucu, Kafka, si intan patung kesayangannya. Namun, sore itu, sang datuk seri menanggalkan sejenak kebahagiaan keluarga demi sebuah pengabdian yang lebih luas: menyumbangkan nama dan jati diri untuk Kodam baru.
- Ketum DPH LAMR, Datuk Seri Taufik Ikram Jamil, saat rapat di Korem 031/Wira Bima, Ahad, 15 Desember 2024. F: Ist
“Saya harus tinggalkan hari bahagia itu,” kata Datuk Seri Taufik, mengenang peristiwa hampir setahun lalu.
Bersama beberapa pengurus LAMR, ia meluncur ke Markas Korem 031/Wira Bima. Rapat digelar dipimpin oleh Kasrem Kolonel Kav Eko Agus Nugroho. Di sanalah sejarah baru mulai ditulis. LAMR menyerahkan beberapa usulan nama untuk Komando Daerah Militer yang akan membawahi Riau dan Kepulauan Riau.
Ada enam nama yang diajukan yakni, Sultan Mahmud, Tengku Buang Asmara, Hang Tuah, Indragiri, Siak Sri Inderapura, dan tentu saja, Tuanku Tambusai.
Diskusi mengerucut ke tiga nama, Sultan Mahmud, Tuanku Tambusai, dan Siak Sri Inderapura. Masing-masing dengan legitimasi historis dan budaya yang kuat. Sultan Mahmud adalah figur penting dari Kepulauan Riau. Siak Sri Inderapura adalah lambang kejayaan kerajaan Melayu. Tapi nama Tuanku Tambusai membawa semangat lain: perlawanan, keberanian, dan persatuan.
“Dua jam setelah rapat, saya ditelpon lagi. Nama Tuanku Tambusai yang akan digunakan,” ujar Datuk Seri Taufik, mengingat peristiwa itu pada Sabtu (13/9/2025).
Keputusan itu bukan tanpa alasan. Tuanku Tambusai bukan hanya milik Riau. Ia milik Indonesia. Ia milik dunia Melayu. Pejuang dalam Perang Paderi, ulama, pemimpin yang lahir di Dalu-Dalu, Rokan Hulu, pada 5 November 1784. Ia memimpin perlawanan melawan Belanda di Riau, Sumatera Barat, hingga Sumatera Utara. Ia mempersatukan etnis Mandailing, Melayu, dan Minangkabau dalam satu barisan perjuangan. Karena kegigihannya, Belanda menjulukinya De Padrische Tijger van Rokan. Harimau Paderi dari Rokan.
Nama itu, kini, mengemuka sebagai panji dari Kodam XIX/Tuanku Tambusai, mengawal stabilitas dan keamanan di wilayah yang pernah ia perjuangkan dengan darah dan doa.
Benteng Tujuh Lapis dan Semangat Pantang Mundur
Penamaan saja tak cukup. Harus ada lambang. Maka, LAMR kembali dipercaya. Kepada Junaidi Syam, seniman, budayawan, dan akademisi seni, dititipkan tugas besar, menerjemahkan identitas itu dalam bentuk visual.
Hasilnya adalah sebuah logo sarat makna. Ada benteng tujuh lapis, melambangkan pertahanan yang kokoh dan berlapis. Ada keris dan seligi, senjata tradisional sebagai simbol keberanian rakyat. Ada perairan, menggambarkan lanskap Riau-Kepri yang dikelilingi sungai dan laut. Ada juga Lancang Kuning, lambang kejayaan peradaban Melayu.
“75 persen dari logo yang kami ajukan diterima sebagai logo resmi Kodam XIX/Tuanku Tambusai,” ujar Taufik.
Di balik elemen visual itu, terselip pesan tegas:
Prajurit kodam xix/tuanku tambusai adalah prajurit yang pantang menyerah dan tegak lurus loyalitas kepada pimpinan demi tegaknya negara kesatuan Republik Indonesia. Bujur lalu melintang patah. Maju secara bersama-sama menghancurkan setiap penghalang.
Kalimat itu menjadi semangat yang menjiwai para prajurit. Seolah mengingatkan bahwa perjuangan Tuanku Tambusai belum selesai. Ia hanya berganti wajah, dari medan perang abad ke-19 ke arena strategis pertahanan nasional masa kini.
Dan bagi Datuk Seri Taufik, mungkin cucunya tak mendapatkan pelukan hangat di hari libur itu. Tapi Kafka, kelak, bisa bangga bahwa sang datuk ikut meletakkan satu batu penting dalam sejarah panjang meliter di negeri ini.
Profil Agus Hadi
Mayor Jenderal TNI Agus Hadi Waluyo resmi ditunjuk sebagai Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XIX/Tuanku Tambusai. Kodam ini merupakan satu dari enam Kodam baru yang akan diresmikan TNI Angkatan Darat pada 10 Agustus 2025. Kodam XIX/Tuanku Tambusai akan membawahi wilayah Provinsi Riau dan Kepulauan Riau.
- Mayor Jenderal TNI Agus Hadi Waluyo.
Penunjukan Agus Hadi disampaikan oleh Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana. Ia menyebut enam Pangdam baru merupakan perwira tinggi berpangkat mayor jenderal yang memiliki rekam jejak dalam memimpin satuan strategis TNI AD.
Mayjen TNI Agus Hadi Waluyo lahir pada 22 Agustus 1973. Ia merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1995 dan dikenal sebagai prajurit yang menguasai bidang Artileri Medan. Kemampuan dan keahliannya dalam bidang ini membawa Agus menduduki berbagai jabatan penting dalam struktur TNI AD.
Karier militernya dimulai dari satuan Artileri Medan. Pada 2011 hingga 2013, ia menjabat sebagai Komandan Batalyon Armed 10/Brajamusti. Setahun kemudian, ia dipercaya menjadi Komandan Kodim 1624/Flores Timur selama periode 2013–2014.
Setelah menjabat di tingkat batalyon dan kodim, Agus Hadi meniti karier di struktur pendidikan dan pengembangan TNI AD. Ia menjabat sebagai Direktur Pembinaan Kesenjataan (Dirbinsen) Pussenarmed Kodiklatad pada 2018 hingga 2021. Posisi ini memperkuat reputasinya sebagai ahli artileri medan.
Pada 2023, ia ditugaskan menjadi Komandan Pusat Pendidikan Artileri Medan (Danpusdikarmed). Setahun berikutnya, ia dipercaya menjabat Wakil Asisten Personel (Waasspers) Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, khusus menangani bidang pembinaan dan perawatan personel.
Kariernya terus menanjak saat ia kemudian dilantik menjadi Komandan Pusat Kesenjataan Artileri Medan (Danpussenarmed). Jabatan ini menjadi posisi terakhir yang diembannya sebelum dipercaya memimpin Kodam XIX/Tuanku Tambusai.
Dengan pengalaman panjang dan latar belakang strategis di bidang artileri, Mayjen Agus Hadi Waluyo diharapkan mampu membawa Kodam XIX/Tuanku Tambusai menjadi kekuatan pertahanan yang solid di wilayah Riau dan Kepulauan Riau. (RK1)









