RiauKepri.com, SIAK- Asap pekat masih menggantung di udara Kecamatan Tumang, Kabupaten Siak, Riau, Rabu pagi itu. Aroma hangus kayu dan plastik mewarnai udara, membungkus puing-puing lima rumah karyawan dan pos keamanan milik PT Satria Sumber Lestari (SSL), perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang beroperasi di wilayah tersebut.
Pagi itu, warga Tumang datang dengan harapan. Mereka dijanjikan pertemuan, dialog yang sudah lama ditungg, untuk menyelesaikan konflik lahan yang terus mengganjal. Tapi janji itu tinggal janji. Ketika jarum jam menunjuk pukul 10.00 WIB, sosok perwakilan PT SSL yang dijanjikan tak kunjung datang.
“Sudah ditunggu, tapi dari perusahaan tak juga datang,” kata Kapolres Siak, AKBP Eka Ariandy, saat dikonfirmasi siang itu.
“Akhirnya massa kecewa, marah, dan pembakaran pun terjadi secara spontan,” jelasnya.
Spontan. Satu kata yang merangkum letupan frustrasi yang tak lagi terbendung. Dalam hitungan menit, api melahap bangunan. Pos keamanan dan lima rumah karyawan rata dengan tanah. Tidak ada korban jiwa, tapi amarah yang menyala di balik bara itu meninggalkan luka sosial yang dalam.
Kepolisian segera turun tangan. Api dipadamkan, situasi diamankan, dan suasana kembali kondusif. Tapi ini bukan akhir cerita, hanya permukaan dari kisah yang lebih dalam, kisah konflik lahan yang telah berlangsung bertahun-tahun tanpa penyelesaian yang nyata.
PT SSL, sebagai perusahaan HTI, telah lama bersitegang dengan masyarakat sekitar terkait hak atas lahan. Sejumlah pertemuan sebelumnya pun disebut berakhir tanpa solusi yang memuaskan. Warga merasa terpinggirkan, dan perusahaan dinilai lamban menanggapi keluhan yang menumpuk.
“Kami sedang dalami siapa saja yang terlibat dalam aksi pembakaran ini,” lanjut AKBP Eka.
Namun lebih dari itu, ia menekankan pentingnya mediasi dan solusi damai untuk mencegah tragedi serupa di masa depan. (RK1/mcr)