Bapak…
Beribu cinta yang engkau berikan.
Beribu
Beribu kasih sayang yang engkau kasih.
Hanya untuk anakmu ini.
Bapak….
Engkau ajarkan aku tentang kebaikan.
Engkau tuntun aku ke jalan kebenaran.
Engkau bimbing aku meraih impian.
Engkau yakinkan aku mengenal masa depan.
Bapak….
Pengorbananmu tiada terhingga.
Pahlawan tidak kenal lelah.
Jasamu tiada terkira.
Demi mengantarkan dan menjadikan
keluarga yang bahagia.
Bapak…
Engkau adalah pahlawan hidupku.
Terimakasih telah ada di setiap hari-hariku.
Dengan cinta, serta tuntunan yang kubutuhkan.
Bapak…
Jasa-jasamu tidak akan pernah kulupakan di setiap sujudku.
Doaku selalu mengiringimu.
Semoga doamu juga menyertaiku.
I Love You, BAPAK!
Dari Anakmu
Syandora Said
ITULAH kutipan puisi berisi doa dari Syandora Said untuk bapaknya M. Said bin Dai bin Imam Morin melalui laman facebook pribadinya: “Syandora Said” pada 12 November 2024. Sebuah ungkapan dari relung hati yang paling mendalam dari seorang anak untuk orang yang dicintainya.
Dora sapan akrab anak bungsu dari lima bersaudara pasangan M. Said dan Samina binti Yanoin bin Horin itu kini bekerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi.
Dora tak bermaksud latah mencurahkan hati lewat laman akun facebook pribadinya: Dyandira Said. Dia hanya ingin berbagi dengan sesama orang yang senasib dengannya. Yakni, orang yang bapaknya telah pergi untuk selama-lamanya.
Dora ingin menyampaikan curahan hati. Betapa:
Rasa rindu tak berbatas….
Rasa rindu itu tak berjarak…
Rasa rindu itu menyayat hati…
Rasa rindu itu sulit diungkapkan dengan kata-kata…
Rasa rindu itu hanya bisa disampaikan dengan doa…
Rindu itu ….
Ah …..
Lalu siapa sebenarnya M. Said bin Dai bin Morin orang tua Dora itu?
M. Said – satu di antara kepala desa di Kenegerian Sentajo, Kecamatan Sentajo Raya, Kuantan Singingi, Riau. Dia paling lama memimpin Desa Muaro Sentajo yakni 17 tahun kurun waktu 1976-1993.
Sepak terjang dan keberanian M. Said sebagai kepala desa diapresiasi pemerintah dan masyarakat. Pada masa kepemimpinannya dia berhasil membangun SD 4 Sentajo kini SD 04 Muaro Sentajo pada tahun ajaran 1969/1970, SMP 1 Sentajo (1976/1980), lapangan Pomas (1976), Sekolah TK (1991), dan lainnya.
Sebelumnya juga merevitalisasi pembangunan mesjid Mukhlisin yang dulu disebut mesjid “Kapalo Godang” atau “Godang Kapalo,” dan lainnya.
Wajar jika masyarakat di Kenegerian Sentajo menyebut M. Said sebagai “Bapak Pembangunan”. Dialah peletak dasar pembangunan Desa Muaro Sentajo yang kemudian dilanjutkan penerusnya. Mulai dari Roslim (1993-2002), Mas Endi (2002-2007 dan 2012-2018), Ardison (2007-2012), dan Halmadi Asmara (2018 – Sekarang).
M. Said adalah tipical kepala desa yang berpikiran jauh ke depan. Kata orang, dia sudah berbuat ketika orang masih berpikir. Dia juga punya kemampuan menyelesaikan masalah tanpa masalah.
Wow….
Inilah realitas yang diakui banyak orang. Seorang kepala desa yang nekad dan berani “jemput bola” untuk pembangunan desanya. Buktinya tahun ajaran 1980/1981 di Muaro Sentajo dibangun SMP Lengkap pertama di Kabupaten Indragiri Hulu sebelum Kuantan Singingi mekar jadi kabupaten.
Disebut SMP lengkap karena semua sarana mulai dari laboratorium, perpustakaan, dan aula yang tidak ada di sekolah lain waktu itu pada tahun 1980 an.
Ketika membangun SD Muaro, M. Said juga terbilang nekad. Dia membangun sekolah di atas bukit di Dusun Tanah Genting bermodalkan swadaya masyarakat. Caranya pun terbilang unik yakni dengan menggelar pertunjukkan randai dua kali seminggu pada Sabtu dan Minggu. Akhirnya dengan dana penjualan karcis randai, SD Muaro berhasil berdiri tahun ajaran 1969/1970.
Pada masa M. Said juga melakukan rehabilitasi rumah layak huni dan membangun cik dam dan MCK melalui dana Bantuan Desa (Bandes). MCK itu dibangun di Dusun Kayu Batu dan Tanah Genting. Kini. MCK itu tinggal kenangan dan hilang tanpa jejak.
Untuk memacu pembangunan di desanya M. Said mampu menggandeng “induak somang” alias toke getah bersama-sama. Waktu itu ada tiga induak somang di Muaro Sentajo yakni Muhammad Samin, Bukhari, dan Samsu bin Rais.
Ketiga induak somang ini menjadi donatur atau sponsor utama dalam menggerakkan pembangunan di Desa Muaro
Sebelum dilantik jadi Kepala Desa Muaro hasil pemekaran Kenegerian Sentajo tahun 1976, M. Said Dai pernah jadi Ketua Pemuda 1956-1969. Selanjutnya Kepala Banjar (1969 -1973), dan Kepala Kampung yang dipanggil Pak Banjar (1973-1976).
M. Said tercatat sebagai Kepala Desa Muaro Sentajo pertama. Bersamaan dengan kepala desa hasil pemekaran Kenegerian Sentajo lainnya
Yakni Sawiruddin (Koto), Masdiah (Kampung Baru), Jalinus MS (Pulau Komang), dan Umar Usman (Pulau Kopung).
Atas loyalitas, dedikasi, dan pengabdiannya, pemerintah memberikan penghargaan sebagai Kepala Desa Terbaik utusan Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau di Tingkat Nasional kepada M. Said tahun 1983. Bersama kepala desa terbaik lainnya dari seluruh Indonesia, dia diundang mengikuti acara Nasional di Denpasar, Bali.
Jejak dan jiwa kepemimpinan M. Said menurun kepada anak-anaknya. Satu di antara anaknya Erianto. Sang anak pernah menjadi Kepala Desa Koto Sentajo (1994-2006).
M. Said merupakan anak kedua dari pasangan Dai bin Imam Morin. Dia meninggal dunia pada 5 Oktober 2009. Sebelumnya kakak kandungnya Janimah kelahiran 1920 meninggal tahun 2004, Sementara istrinya Saminah binti Yanoin bin Horin yang lahir di Dusun Parupuk, Sentajo meninggal 24 Desember 2009. Mereka di makamkan di pemakaman keluarga di Dusun Loban, Desa Muaro Sentajo.
M. Said punya delapan orang anak. Yakni Jasman lahir 1947, Darmiati (1950), Dahlian (1953), Gadis (1956), Aprizon Said (1959), Erianto (1963), Neli (1965), dan Syandora Said (1967).
Ada pepatah bijak mengatakan:
Harimau mati meninggal belang.
Gajah mati meninggalkan gading.
Manusia mati meninggalkan nama.
M. Said mati meninggalkan karya.
Karya M. Said kini tidak hanya dinikmati oleh anak dan cucu-cucunya tapi banyak orang. Hal yang dulu mustahil kini jadi kenyataan sekaligus jadi kenangan dan kebanggaan.
Pantas jika sang anak (Dora) menumpahkan rasa rindu itu lewat laman facebook pribadinya: Syandora Said.
Jika ada pertanyaan apakah rasa rindu sudah terobati, Dora mungkin hanya mampu menjawab sembari meneteskan air mata dan untaian doa.
Selamat jalan Bapak. Di surga nanti kita bersua. Amin
Penulis: Sahabat Jang Itam