Menu

Mode Gelap
Pemkab Anambas Letakkan Batu Pertama Pembangunan Gerai dan Pergudangan Koperasi Merah Putih Inilah Daftar Juara Aneka Lomba “Batam Peduli Palestina” yang Digelar Karang Taruna Kota Batam INTI Kepri Galang 200 Kantong Darah, Rayakan Sumpah Pemuda dengan Semangat Persatuan Ade Angga: DPD Golkar Karimun Sebagai DPD Percontohan DPD Golkar Kota dan Kabupaten Lain di Kepri BRK Syariah Dukung FinEXPO 2025, Dorong Masyarakat Lebih Inklusif dalam Akses Keuangan Danlanal Tarempa Buka Orientasi Calon Anggota Saka Bahari 2025: Cetak Generasi Muda Berjiwa Bahari

Riau

Gubri: Keberadaan PHR Belum Beri Multiplier Effect Pertumbuhan Ekonomi Riau

badge-check


					Gubernur Riau Abdul Wahid bersama pimpinan PHR dan SKK Migas. Perbesar

Gubernur Riau Abdul Wahid bersama pimpinan PHR dan SKK Migas.

RiauKepri.com, PEKANBARU— Gubernur Riau (Gubri) Abdul Wahid menyatakan bahwa keberadaan Pertamina Hulu Rokan (PHR) belum memberikan multiplier effect yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Riau.

Pernyataan itu disampaikan Wahid dalam diskusi bersama pihak PHR dan SMK Migas pada Jumat (17/10/2025), di Jakarta, yang direkam dalam video berdurasi 2 menit 29 detik dan beredar di media sosial. Dalam forum tersebut, Gubernur menyoroti lemahnya dampak kegiatan hulu migas terhadap sektor riil dan kesejahteraan masyarakat Riau.

“Kami bersama PHR dan SMK Migas rapat dalam rangka perbaikan tata kelola industri migas, termasuk bagaimana kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi Riau, agar masyarakat dan sektor swasta turut merasakan dampaknya,” ujar Wahid.

Ia membandingkan kondisi saat ini dengan era pengelolaan blok migas oleh Chevron, di mana saat itu masih terdapat program pengembangan bisnis lokal atau local business development (LBD). Menurut Wahid, program semacam itu sudah tidak terlihat lagi sejak alih kelola ke Pertamina Hulu Rokan.

“Ketika Chevron masih mengelola, ada program LBD. Sekarang, di bawah PHR, itu tidak ada lagi. Artinya, ekonomi Riau tidak tumbuh, tidak ada efek berganda terhadap perekonomian secara signifikan,” kata Wahid.

Gubernur juga menyoroti transparansi dalam skema pembagian hasil migas, termasuk dalam Participating Interest (PI) 10 persen. Menurutnya, walaupun Riau mendapatkan porsi PI, kontribusinya belum terasa secara nyata.

“Ada komitmen PI 10 persen, tetapi kami hanya terima satu dolar. Alasannya karena PHR melakukan investasi. Tidak masalah ada investasi, tapi kami perlu tahu berapa besar investasi itu, berapa beban biaya, dan bagaimana laporan penjualannya,” ujarnya.

Wahid menilai, diperlukan perbaikan tata kelola secara menyeluruh agar pengelolaan sumber daya alam benar-benar memberikan manfaat ekonomi langsung bagi daerah penghasil, khususnya Riau. (RK1)

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

BRK Syariah Dukung FinEXPO 2025, Dorong Masyarakat Lebih Inklusif dalam Akses Keuangan

18 Oktober 2025 - 18:29 WIB

CMSE 2025 Usung Tema Pasar Modal untuk Rakyat, Satu Pasar Berjuta Peluang

18 Oktober 2025 - 15:35 WIB

PT RAPP Dituding Ingkar Janji Soal Normalisasi Sungai Dedap, Meranti

18 Oktober 2025 - 15:12 WIB

Afizal Sintong, Orang Pertama kembalikan Formulir

18 Oktober 2025 - 09:33 WIB

Tokoh Masyarakat Serukan Dukungan untuk Daerah Istimewa Riau

18 Oktober 2025 - 08:37 WIB

Trending di Pekanbaru