Menu

Mode Gelap
Penyerangan Rombongan Bupati dan Kapolres Kuansing, Akibat Penegakan Hukum Setengah Hati Bunga Rampai Pemekaran Kab. Kuantan Singingi (7): Kisah di Balik Pelantikan Sekda: Ditegur Ruchiyat, Korlap Demo ARI Terkejut Prof. Dr. Abdoerraoef (1916–1974): Ketua Kongres Rakyat Rantau Kuantan Singingi Pertama Tahun 1953 Prakiraan Cuaca Riau Utara 08 Oktober 2025: Hujan Ringan Mendominasi, Suhu Antara 24–30 °C Dana Transfer Dipangkas, Bupati Siak: Susun Anggaran Secara Realistis dan Tepat Sasaran Staf Khusus Gubernur Kepri H. Nurdin Basirun Secara Resmi Buka Open Turnamen Bola Voli Desa Sebele

Minda

Bunga Rampai Pembentukan Kab. Kuantan Singingi (3): IPMAKUSI Berdiri: Alumni UGM Ditumbangkan Mahasiswa Unri

badge-check


					Bunga Rampai Pembentukan Kab. Kuantan Singingi (3): IPMAKUSI Berdiri: Alumni UGM Ditumbangkan Mahasiswa Unri Perbesar

*) Catatan Ringan Sahabat Jang Itam

TAK LAMA setelah aksi unjuk rasa di Rengat, Kesatuan Mahasiswa Pemuda Indragiri Hulu (KMPI) Pekanbaru memprovokasi mahasiswa asal Kuantan Singingi. “Kalau tidak sekarang, kapan lagi organisasi mahasiswa asal Kuantan Singingi berdiri. Kalau tidak kalian yang memulai siapa lagi?” ujar M. Zafir – mahasiswa IAIN Susqa asal Rengat berlagak sombong.

Pernyataan M. Zafir itu dikuatkan oleh rekannya Sumra Hardi dari Peranap, “Duo-D” Dedi Kurus dan Dedi Sumo dari Rengat serta Syaichu Indra dari Air Molek, Pasir Penyu.

“Kuantan Singingi katanya mau pisah dengan Indragiri Hulu. Ayo mana organisasi mahasiswanya. KMPI tak mau “menerima” anak Kuantan Singingi,” ujar “Duo-D” bergurau tapi serius sambil lalu.

Provokasi ini berhasil. Sejumlah pentolan KMPI asal Kuantan Singingi terpancing. Apriadi dan Aprizon (Benai), Nardi T Rusman, Musfare Karyus, Amirul Amri, Syariful Adnan (Pangian), Nuzul, Marsanul, Sardiyono, dan Herman Susilo (Kuantan Mudik), Musliadi (Cerenti) terpancing dan bergerak cepat.

Begitu juga dengan Dedi Erisandi dan Mike Alfianto (Kuantan Tengah). Yudi dari Singingi juga tak mau ketinggalan. Ada pula dua wanita tangguh Helda Yurismi (Pangian) dan Fadhilawati (Kuantan Tengah). Terakhir bergabung pula “bayi ajaib dalam ayunan” Hamdan Yusuf dari Pulau Busuk Inuman yang waktu itu masih duduk di bangku kelas dua STM Negeri Pekanbaru.

Hamdan inilah pentolan ARI paling muda tapi berani. Di usia belasan tahun waktu itu, dia sudah berani menyampaikan pendapat dan ikut aksi demontrasi bersama senior-seniornya di ARI.
Rapat-rapat kecil dilaksanakan di Wisma Narasinga. Sejumlah nama untuk organisasi tersebut bermunculan. Akhirnya disepakati namanya: Ikatan Pemuda Mahasiswa Kuantan Singingi disingkat IPMAKUSI.

Pada pertengahan Juni hingga Mei 1999 rapat pembentukkan IPMAKUSI mulai intens. Tepat 31 Mei 1999 dilaksanakan rapat pemilihan Ketua IPMAKUSI pertama di aula kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pekanbaru. Sejumlah kandidat bermunculan. Akhirnya banyak juga yang mundur sebelum pemilihan berlangsung.

Kalangan pemuda mengusulan Mardianto Manan yang baru saja menyelesaikan studi magister di Universitas Gadja Mada (UGM) Yogyakarta. Di kalangan mahasiswa muncul nama Apriadi, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau (Unri) dari Kecamatan Benai.

Rapat dipimpin Nardi T Rusman asal Pangian. Sementara Pegawai Kantor Gubernur Riau Suhendri Royrick dan Gumpita asal Pangian bertindak selaku penengah. Dalam pemilihan tersebut Apriadi berhasil mengungguli Mardianto dengan perolehan suara cukup mutlak 39 : 10.

Pidato Politik

DALAM pidato politiknya usai kemenangan, Apriadi yang akrab disapa PHILIP dengan berapi-api mengatakan: “Saya Philip Ketua IPMAKUSI Kabupaten Kuantan Singingi terpilih akan akan berjuang bersama orang tua, tokoh masyarakat, pemuda, akademisi, dan mahasiswa untuk mengangkat harkat dan martabat kampung halaman yang kita cintai dengan segenap jiwa dan raga ini……”

“Jangankan tenaga, waktu, pikiran, kuliah, darah mengalir akan saya korbankan untuk kampung halaman yang kita cintai ini….” ujarnya.

“Kabupaten Kuantan Singingi YES…. Korupsi kolusi nepotisme NO…………….” tambahnya.

Pidato “politik” pertama Philip itu langsung disentil Akmal JS, “tuan rumah” tempat pemilihan Ketua IPMAKUSI waktu itu:

“Philip, Kuantan Singingi belum jadi kabupaten, mengapa awak sudah berani menyebut nama Kabupaten Kuantan Singingi ….?”

Spontan dengan semangat Philip menjawab: “Kalau bukan sekarang kapan lagi. Kalau bukan kita yang berjuang siapa lagi….”

Akmal JS lalu merangkul dan memeluk Philip dengan erat. Dia tak menyangka anak muda seusia Philip berani mengucapkan kalimat puitis dan berani seperti itu.

Ketika orang tua-tua belum berani mengucapkan kalimat Kubapaten Kuantan Singingi, Philip sudah mengucapkannya. Terlihat air mata Akmal mengalir dari pipinya. Philip dipeluknya dengan erat dalam waktu yang cukup lama.

Dedi Arisandi yang akrab disapa Pak Itam musuh “bebuyutan” Philip yang ikut menyaksikkan peristiwa itu ikut pula terharu. Air matanya keluar. Matanya sembab menahan emosi.

“Saya tak bisa menahan tangis. Dalam pelbagai organisasi saya memang musuh bebuyutan Philip. Tapi soal pemekaran Kuantan Singingi saya sealiran dengan Philip,” kata Sandi.

Terucap kalimat dari Akmal JS. Lanjutkan perjuanganmu adinda. Kami ada di belakangmu. Dua sahabat yang kini sudah almarhum ibarat kakak beradik yang sangat berjasa dalam perjuangan pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi. Jasamu tidak mungkin kani lupakan.

Mardianto “Marengguik”

LALU bagaimana kabar Mardianto yang dikalahkan Philip? Usai bersalaman dengan Philip, ia memilih pulang ke rumahnya, Jalan Kereta Api, Tengkerang Tengah, Kec. Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru, Riau 28128. Rumah itu pernah menjadi rumah aspirasi ketika dia jadi anggota DPRD Riau dari Daerah Pemilihan Riau VIII: Kuantan Singingi – Indragiri Hulu.

Jang Itam tim sukses Mardianto mengatakan, “Mardianto “marengguik” dia “ma-oram” di rumah. Entah benar atau tidak, mahasiswa yakin apa yang disampaikan Jang Itam tersebut.

Esoknya 1 Juni 1999 usai kekalahan yang menyakitkan itu, keluarlah berita kemenangan Philip di media cetak terbitan Pekanbaru. Harian Pekanbaru Pos dan Mingguan UTUSAN di halaman satu menulis: Alumni UGM Ditumbangkan Mahasiswa Unri ditulis oleh Urdianto wartawan senior asal Paboun – Kacamatan Kuantan Mudik.

Kemudian Reflizar dan Bastian di Media Riau menulis: Pulang Kampung, Alumni UGM “Dipatahkan” Mahasiwa Unri. Wartawan asal Kuantan Singingi mengulas itu kemenangan Philip hampir setengah halaman. Pokoknya hebooooooh.

Jang Itam tim sukses Mardianto tak menerima judul berita di media cetak itu. Konon kabarnya ia sempat mencari wartawan yang menulis berita itu. Tapi Mardianto menghalanginya. dengan alasan wartawan itu urang awak juo.

“Jang… dalam perjuangan itu menang kalah itu hal biasa. Jangan gara-gara kalah, awak ngamuk pula,” nasehatnya.

Jang Itam spontan menjawab dengan nada emosi: “Saya tak tahan Bang. Abang hanya mengalah, bukan kalah. Abang ingat bahwa abang MENGALAH bukan KALAH.”

Jang itam bagaikan singa lapar di tengah gurun pasir yang panas dan kering kerontang. Mukanya merah. Ia siap memangsa siapa saja yang melintas di depannya.

Tercatat dalam karier perjalanan Mardianto, pemilihan sebagai Ketua IPMKAKUSI itu merupakan rangkaian panjang cerita kekalahannya. Sebuah perjalanan berharga dalam kariernya.

Sambil bergurau Jang Itam mengatakan, “Mardianto itu orangnya tabah. Walaupun pernah kalah tapi tetap konsisten,” ujar Jang Itam mengingat masa lalunya dan berharap seniornya itu jangan lagi suka “marengguik”.

Percakapan Jang Itam dijawab santai oleh Sandi yang disebut Bupati Indragiri Hulu Ruchiyat Saefuddin “budak degil, hitam, kurus, dan kurang kerjaan. Mau ngurus Kuantan Singingi, bisa apa?”

Ruchiyat pantas marah kepada Sandi – karena waktu demontrasi di halaman kantor DPRD Indragiri Hulu tahun 1998 itu, Sandi lah orang yang mengumpulkan pentungan dan kayu pas di depan kaki Ruchiyat ketika menyampaikan pidato menjawab tuntutan ARI. Pentungan itu milik orang yang berupaya memprovokasi demontrasi yang dikumpulkan ARI ketika itu.

Sandi mengatakan,” Di balik pria yang hebat, selalu ada wanita gigih, tangguh, dan luar biasa……”

Sandi melanjutkan kalimat bijaknya, “Sejak dulu urat takut Mardianto itu sebenarnya sudah putus. Dia dulu hanya takut sama gadis Jogja anak penyair Ibrahim Sattah yang terkenal itu yang kini jadi istrinya. Entah sekarang, masih takut tak ya…..? Hanya Mardianto yang tahu.”

Dalam perjalanannya selanjutnya IPMAKUSI yang dipimpin oleh Apriadi dengan Sektetaris Umum Herman Susilo (Kuantan Mudik) dan Bendahara Fadhilawati (Kuantan Tengah) ikut membantu mempersiapkan jalannya Seminar dan Musyawarah Besar (Mubes) masyarakat Kuantan Singingi di Taluk Kuantan.

Lalu bagaimana pelaksanaan Mubes ikuti tulisan selanjutnya. (Bersambung)

 

Tanjungpinang, 04-09-2025

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Bunga Rampai Pemekaran Kab. Kuantan Singingi (7): Kisah di Balik Pelantikan Sekda: Ditegur Ruchiyat, Korlap Demo ARI Terkejut

8 Oktober 2025 - 00:10 WIB

Dana Transfer Dipangkas, Bupati Siak: Susun Anggaran Secara Realistis dan Tepat Sasaran

7 Oktober 2025 - 20:12 WIB

Rombongan Bupati dan Kapolres Kuansing Diserang Saat Tertibkan PETI, Wartawan Jadi Korban Pengeroyokan

7 Oktober 2025 - 18:25 WIB

Alhamdulillah, Naskah Akademik DIR Sudah Diserahkan ke DPRD Riau

7 Oktober 2025 - 17:11 WIB

K.H. Muhammad Mursyid melantik Pengurus FKPP INHIL

7 Oktober 2025 - 14:03 WIB

Trending di Inhil