RiauKepri.com, BATAM – Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Ahmad Zabadi, melakukan kunjungan kerja ke Kota Batam, Kepulauan Riau, pada Jumat (19/9) petang. Dalam agenda kunjungannya, Zabadi meninjau langsung aktivitas Koperasi Kelurahan Merah Putih Patam Lestari, Kecamatan Sekupang, yang kini menjadi salah satu percontohan dalam penguatan ekonomi berbasis komunitas.
Kunjungan tersebut juga dihadiri oleh Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Kepulauan Riau, Riki Rionaldi, serta Project Management Officer (PMO) yang bertugas melakukan pemantauan, evaluasi, pendampingan manajemen, hingga pelaporan perkembangan koperasi di wilayah Kepri.
Dalam kesempatan itu, Ahmad Zabadi mengapresiasi semangat warga Kelurahan Patam Lestari yang berhasil membentuk dan menjalankan koperasi secara mandiri, bahkan sebelum mendapat dukungan penuh dari perbankan nasional atau Himpunan Bank Milik Negara (Himbara).
“Saya melihat semangat kebersamaan yang kuat di sini. Koperasi ini tumbuh dari inisiatif warga, dengan semangat gotong royong yang menjadi ruh utama ekonomi kerakyatan,” ujar Zabadi dalam pernyataannya.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kepri, Riki Rionaldi, menjelaskan bahwa Koperasi Desa Kelurahan Merah Putih (KDKMP) di Patam Lestari merupakan salah satu dari 407 koperasi serupa yang telah berdiri di Provinsi Kepulauan Riau.
“Kami mendampingi Sesmen dalam kunjungan ke KDKMP Batam. Beliau menyampaikan apresiasi tinggi karena koperasi ini sudah beroperasi aktif walaupun belum mendapat dukungan dari lembaga keuangan besar,” terang Riki.
Selain meninjau koperasi di Patam Lestari, Ahmad Zabadi juga melanjutkan kunjungan ke Koperasi Desa Merah Putih di Kuala Sempang, Kecamatan Teluk Bintan, guna melihat langsung dampak nyata program Koperasi Merah Putih di lapangan.
Berdasarkan informasi dari akun resmi Koperasi Kelurahan Patam Lestari, koperasi tersebut beranggotakan masyarakat lokal yang kini mulai merasakan manfaat dari sistem usaha bersama. Usaha utama koperasi ini bergerak di bidang distribusi layanan makanan dan kebutuhan pokok.
Koperasi ini juga menyediakan berbagai layanan tambahan seperti penyediaan bahan pokok dengan harga terjangkau, penyaluran gas elpiji, layanan perizinan usaha, akses permodalan bagi pelaku UMKM, serta bantuan hukum bagi anggota koperasi.
“Koperasi ini bukan hanya wadah ekonomi, tapi juga wadah solidaritas sosial. Kami ingin semua anggota merasakan manfaatnya, bukan hanya dalam bentuk uang, tapi juga rasa kebersamaan,” ujar salah satu pengurus koperasi, dalam keterangannya.
Dalam sistem Koperasi Merah Putih Patam Lestari, setiap anggota memiliki hak dan kewajiban yang seimbang. Anggota berhak memperoleh layanan dan Sisa Hasil Usaha (SHU) secara proporsional, sementara kewajibannya adalah melakukan simpanan pokok dan simpanan wajib secara rutin.
Simpanan pokok ditetapkan sebesar Rp100.000 pada awal keanggotaan, sedangkan simpanan wajib sebesar Rp25.000 setiap bulan. Dana tersebut menjadi modal koperasi sekaligus bentuk partisipasi nyata anggota dalam membangun kemandirian ekonomi bersama.
“Menabung di koperasi berarti ikut berinvestasi dalam kesejahteraan bersama. Setiap rupiah yang disimpan akan kembali kepada anggota dalam bentuk manfaat ekonomi maupun sosial,” jelas pengurus koperasi itu lagi.
Ahmad Zabadi menilai konsep ini sejalan dengan arah kebijakan pemerintah dalam memperkuat ekonomi kerakyatan. Ia menekankan bahwa koperasi harus menjadi tulang punggung ekonomi nasional yang berorientasi pada kesejahteraan anggota, bukan semata profit.
“Koperasi Merah Putih adalah wujud nyata dari ekonomi Pancasila. Di sini, nilai-nilai gotong royong dan keadilan ekonomi benar-benar hidup dalam praktik,” tegasnya.
Riki Rionaldi menambahkan, sejak peluncuran resmi program Koperasi Merah Putih pada Juli lalu, pemerintah terus mempercepat pembentukan dan penguatan koperasi di seluruh wilayah Kepulauan Riau.
Program tersebut, lanjut Riki, tidak hanya mendorong tumbuhnya koperasi baru, tetapi juga memperkuat koperasi lama agar lebih adaptif dengan tantangan zaman, termasuk digitalisasi layanan dan penguatan manajemen.
“Kami mendorong agar setiap koperasi bisa menjadi pusat ekonomi lokal yang mandiri. Dengan pendekatan gotong royong, kita ingin masyarakat benar-benar merasakan manfaat langsung,” jelas Riki.
Respon masyarakat terhadap program ini dinilai luar biasa. Dalam waktu singkat, jumlah anggota Koperasi Merah Putih terus meningkat. Hal ini menjadi indikator bahwa model ekonomi berbasis koperasi masih sangat relevan dan dipercaya masyarakat.
Ahmad Zabadi menutup kunjungan dengan pesan agar semangat gotong royong tidak luntur di tengah kemajuan zaman. “Koperasi bukan sekadar badan usaha, tetapi gerakan moral dan sosial untuk membangun bangsa dari bawah. Jika semangat ini terus dijaga, Indonesia akan semakin kuat dari akar rumputnya,” tutupnya. (*)









