Menu

Mode Gelap
BMKG: Hujan Ringan hingga Sedang Berpotensi Guyur Kepri, Selasa 8 Juli 2025 PT Timah Tenggelamkan 36 Unit Atraktor Cumi di Perairan Buku Limau Belitung Timur PT Timah Serahkan Bantuan Bibit untuk Rumah Kompos KSM Resam Wanita Ini Ketahuan Selundupkan Narkoba Dalam Roti Kering di Lapas Pekanbaru Panitia Pacu Jalur Nasional Tepian Narosa Mulai Intensif Lakukan Persiapan Saiman: Tugas Berat Menanti Sekdapro Riau Definitif

Riau

LAMR: Sejarah Nasional Sebaiknya Ditulis Dari Daerah, Ini Alasannya

badge-check


					Datuk Seri Taufik Ikram Jamil. Perbesar

Datuk Seri Taufik Ikram Jamil.

RiauKepri.com, PEKANBARU- Penulisan sejarah nasional idealnya diserahkan kepada daerah. Pasalnya, konstruksi kebangsaan Indonesia lahir dari semangat desentralisasi, akal budi yang menyatu dari berbagai penjuru nusantara. Dengan pendekatan ini, sejarah tak lagi tercecer dan bisa ditulis lebih utuh dari akar budayanya.

Pernyataan ini disampaikan oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian Lembaga Adat Melayu Riau (DPH LAMR) Provinsi Riau, Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil, Rabu (28/5/2025), menanggapi rencana Kementerian Kebudayaan yang akan meluncurkan penulisan ulang sejarah nasional pada Agustus mendatang.

Isu penulisan ulang sejarah nasional memang telah berulang kali disampaikan oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon, termasuk dalam rapat bersama Komisi X DPR RI awal pekan ini.

Menurut Datuk Seri Taufik, pendekatan sejarah nasional selama ini terlalu berpusat di Jakarta dan kurang menggali narasi dari daerah. “Sejarah kita sering dilihat dari sudut pandang pusat dengan pendekatan geopolitik modern, padahal yang lebih tepat adalah pendekatan geobudaya,” ungkap Datuk Seri Taufik.

Riau, misalnya, punya banyak catatan penting yang nyaris tak tersentuh dalam sejarah nasional. Pada abad ke-15 saja, wilayah ini sudah berkali-kali melakukan perlawanan terhadap penjajahan Eropa. Bahkan di masa agresi militer kedua, lebih dari 2.000 warga Riau menjadi korban pembantaian akibat konflik yang dipicu perebutan ladang minyak.

Belum lagi peristiwa diplomatik besar, di daerah ini pernah terjadi pertemuan tiga negara dalam upaya mendamaikan Indonesia dan Belanda. Bahkan menurut riset UGM tahun 2019, peradaban di wilayah ini telah ada sejak 10.000 hingga 400.000 SM.

“Semua itu sering kali luput dari narasi nasional. Padahal jika ditulis oleh daerahnya sendiri, kisah-kisah seperti ini bisa diangkat lebih utuh dan kontekstual,” ujar Datuk Seri Taufik.

Ia mencontohkan serangan Siak dan Bengkalis ke Melaka tahun 1512. Menurutnya, peristiwa tersebut seharusnya tidak dibaca dengan kacamata nasionalisme modern, tetapi dalam kerangka sejarah kemaharajaan Melayu.

Datuk Seri Taufik menyarankan agar Kementerian Kebudayaan tidak mengambil alih seluruh proses penulisan sejarah, melainkan berperan sebagai fasilitator dan koordinator nasional. Pemerintah bisa memberikan kerangka penulisan, sistem pengawasan, dan mekanisme penyelarasan antar daerah.

“Barulah itu sejalan dengan semangat hidup berbangsa dalam negara kesatuan yang menghargai keragaman dan akar sejarah lokal,” ujar Datuk Seri Taufik. (RK3)

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Saiman: Tugas Berat Menanti Sekdapro Riau Definitif

7 Juli 2025 - 15:49 WIB

Wapres Gibran Ikut Joget Aura Farming, Tarian Bocah Kuansing Jadi Fenomena Global

7 Juli 2025 - 12:24 WIB

Alva dan Rustono Tiba di Batam, Rangkaian Haji Riau 2025 Resmi Berakhir

7 Juli 2025 - 05:47 WIB

ORMAWA UNILAK Berkolaborasi Taja Aksi Peduli Tesso Nilo

6 Juli 2025 - 17:50 WIB

Ribuan Orang dari Berbagai Penjuru Tumpah Ruah di Tembilahan

6 Juli 2025 - 16:38 WIB

Trending di Inhil