PADA sebuah sore yang tenang di Utah Valley University, Rabu (10/9/2025), suasana akademik mendadak pecah oleh dentuman senapan. Charlie Kirk, aktivis sayap kanan yang kerap menuai kontroversi, roboh diterjang peluru. Hanya dalam hitungan detik, acara yang semula penuh diskusi politik berubah menjadi tragedi.
Kabar kematian Kirk mengguncang publik Amerika. Namun, yang tak kalah mengejutkan adalah sosok di balik senapan itu: seorang pemuda berusia 22 tahun bernama Tyler Robinson.
Siswa Berprestasi
Robinson bukan figur asing di Washington, Utah, kampung halamannya. Ia dikenal sebagai lulusan berprestasi Pine View High School pada 2021. Catatan akademiknya cemerlang hingga ia diganjar beasiswa presiden di Utah State University. Ibunya bahkan pernah mengunggah video penuh haru, memperlihatkan Robinson menerima surat beasiswa itu.
Namun, jalan hidupnya berubah. Robinson hanya bertahan satu semester di universitas. Ia keluar tanpa alasan jelas. Catatan publik menyebut, dalam dua pemilihan terakhir, Robinson tercatat sebagai pemilih “tidak aktif” – sebuah indikasi jaraknya dari politik praktis.
Meski begitu, keluarga menyebut bahwa dalam beberapa tahun terakhir Robinson mulai menunjukkan minat terhadap isu politik. Diskusi seputar tokoh seperti Charlie Kirk bahkan sempat muncul dalam percakapan keluarga. Dalam sebuah makan malam, Robinson disebut menyinggung acara Kirk di Utah Valley University – topik yang kini menjadi kenyataan pahit.
Pesan di Balik Peluru
Penyelidik menemukan fakta yang memperkuat dugaan motif politik. Senapan bolt-action yang ditinggalkan Robinson di hutan dekat kampus berisi peluru dengan ukiran-ukiran penuh pesan politik dan satire.
Salah satunya berbunyi: “Hei fasis! Tangkap!” Pesan lain memuat lirik lagu Italia Bella Ciao”, simbol perlawanan anti-fasis, serta ukiran yang bernuansa trolling dunia maya: “Jika Anda membaca ini, Anda gay, LMAO”.
“Ini bukan sekadar penembakan. Semua bukti menunjukkan arah pembunuhan politik,” ujar Gubernur Utah Spencer Cox dalam konferensi pers.
Laporan dari Keluarga
Kunci penangkapan Robinson datang bukan dari jejak forensik semata, melainkan dari keluarganya sendiri. Seorang kerabat melapor ke polisi setelah Robinson menyiratkan keterlibatannya dalam penembakan Kirk.
Informasi itu memicu perburuan besar-besaran. 33 jam pasca-penembakan, Kamis (11/9) pukul 22.00 waktu setempat, Robinson berhasil ditangkap di Washington County, sekitar 3,5 jam perjalanan dari lokasi tragedi.
Direktur FBI Kash Patel menegaskan, operasi penangkapan ini melibatkan kerja sama antara kepolisian lokal dan aparat federal.
Dua Sosok, Dua Dunia
Charlie Kirk, korban penembakan, adalah figur publik yang dikenal vokal menyuarakan pandangan konservatif dan sayap kanan. Ia punya banyak pengikut, namun juga tak sedikit penentang. Kehadirannya di Utah Valley University merupakan bagian dari tur kampus yang rutin ia lakukan, kerap memicu kontroversi.
Di sisi lain, Robinson adalah gambaran kontras: seorang pemuda yang sempat dipuji karena prestasinya, namun perlahan terseret ke pusaran narasi politik dan kekecewaan pribadi. Kampung halamannya di pinggiran St. George, kota tenang di sudut barat daya Utah, kini dikenang sebagai tempat lahir seorang tersangka pembunuhan politik.
Luka yang Masih Menganga
Kasus ini masih dalam penyelidikan. Namun, bagi publik Amerika, penembakan ini membuka kembali luka lama: tentang polarisasi politik yang kian tajam, tentang anak muda yang kehilangan arah, dan tentang bagaimana sebuah ideologi bisa berubah menjadi peluru.
Keluarga Kirk dan Robinson kini sama-sama menanggung duka – satu kehilangan orang tercinta, satu lagi berhadapan dengan kenyataan pahit bahwa anak berprestasi mereka dituduh sebagai pembunuh.
Tragedi ini, pada akhirnya, bukan hanya kisah tentang satu penembakan. Ia adalah cermin dari sebuah bangsa yang terus bergulat dengan perpecahan di tengah masyarakatnya. (Red)