Menu

Mode Gelap
Pencari Kerang di Meranti Dilaporkan Hilang Pemkab Anambas Letakkan Batu Pertama Pembangunan Gerai dan Pergudangan Koperasi Merah Putih Inilah Daftar Juara Aneka Lomba “Batam Peduli Palestina” yang Digelar Karang Taruna Kota Batam INTI Kepri Galang 200 Kantong Darah, Rayakan Sumpah Pemuda dengan Semangat Persatuan Ade Angga: DPD Golkar Karimun Sebagai DPD Percontohan DPD Golkar Kota dan Kabupaten Lain di Kepri BRK Syariah Dukung FinEXPO 2025, Dorong Masyarakat Lebih Inklusif dalam Akses Keuangan

Internasional

Mahkota Sultan: Ketika Mahasiswa Membawa Marwah Melayu ke Panggung Dunia

badge-check


					Delegasi Sanggar Latah Tuah, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) seni dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau. F: Ist Perbesar

Delegasi Sanggar Latah Tuah, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) seni dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau. F: Ist

RiauKepri.com, PERAK– Di balik gemerlap lampu panggung Auditorium JKKN Negeri Perak, sekelompok mahasiswa dari Riau melangkah dengan penuh percaya diri. Busana kerajaan yang mereka kenakan bukan sekadar kostum, ia adalah warisan, identitas, dan kebanggaan yang mereka bawa dari tanah Melayu ke negeri seberang.

Mereka adalah delegasi Sanggar Latah Tuah, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) seni dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau. Di ajang Majelis Simposium Bangsawan Nusantara yang ditaja oleh Waris Moraza Negeri Perak, 20 mahasiswa ini membawakan musikal fragmen berjudul Mahkota Sultan, sebuah pertunjukan berdurasi 15 menit yang menelusuri jejak sejarah dan kebijaksanaan Sultan Syarif Kasim II, tokoh penting dari Kesultanan Siak Sri Indrapura.

Di balik nama itu, tersimpan semangat yang jauh lebih besar, tekad generasi muda untuk menjaga dan menghidupkan kembali warisan Melayu yang perlahan dilupakan.

Sejarah, Menggetarkan

Pertunjukan Mahkota Sultan bukan hanya sajian artistik. Ia adalah kisah tentang seorang Sultan yang dengan kebesaran hatinya menyerahkan 13 juta gulden emas demi kemerdekaan Indonesia. Dalam gerak tari, syair penuh makna, dan dialog berbahasa Melayu yang puitis, para mahasiswa menghadirkan kembali napas patriotisme dan kearifan lokal yang menggetarkan penonton dari berbagai negara, Malaysia, Brunei, Singapura, hingga tanah air sendiri.

“Mahkota Sultan bukan sekadar tontonan,” ujar Muhammad Reza Akmal, S.Psi., pembina teknis Sanggar Latah Tuah.

“Ini adalah cara kami mendekatkan sejarah kepada generasi muda. Bahwa Melayu bukan hanya masa lalu, tapi identitas yang harus terus dihidupkan,” katanya.

Sebagai pendidik sekaligus seniman, Reza tak hanya membimbing anak-anak didiknya dalam latihan, tetapi juga menanamkan bahwa setiap langkah di atas panggung adalah bentuk penghormatan terhadap leluhur.

Panggung Internasional

Bagi banyak anggota Sanggar Latah Tuah, ini adalah pengalaman pertama mereka tampil di luar negeri. Tak sedikit dari mereka yang berasal dari desa-desa kecil di Riau, yang tumbuh besar dengan cerita-cerita orang tua tentang kemegahan budaya Melayu. Kini, mereka menjadi pelaku utama yang mempersembahkan cerita itu kembali, bukan di ruang kelas, tetapi di panggung internasional.

Tantangan yang mereka hadapi pun tidak kecil. Persiapan berbulan-bulan, latihan yang melelahkan di sela-sela kuliah, hingga keterbatasan biaya, semua dilalui dengan semangat gotong-royong. Tapi bagi mereka, semua itu terbayar lunas ketika tepuk tangan membahana setelah tirai ditutup.

Warisan tak Boleh Mati

Di tengah gempuran budaya populer, seni bangsawan kerap dianggap kuno dan tertinggal. Namun pertunjukan Mahkota Sultan justru menunjukkan sebaliknya, bahwa seni tradisi ini bisa tampil memukau dan relevan, asal disajikan dengan hati.

Datin Shahnoor Zahurin Mohd Haslan, tokoh budaya dan sutradara Bangsawan Beting Beras Basah, pun tak ragu memberi pujian. “Kehadiran Mahkota Sultan memperlihatkan kebanggaan sejarah dan kekayaan seni Melayu Riau. Ini bukan hanya pertunjukan, ini adalah ikatan emosional serumpun,” katanya.

Lebih dari sekadar pertukaran budaya, acara ini menjadi pengingat bahwa di setiap fragmen seni, ada jati diri yang diperjuangkan. Ada narasi sejarah yang dibisikkan kepada generasi berikutnya.

Riau, Rumah Melayu

Sanggar Latah Tuah bukan sekadar UKM kampus. Mereka adalah wajah muda dari sebuah provinsi yang sarat tradisi. Lewat pertunjukan Mahkota Sultan, mereka menyuarakan harapan yang besar, agar Riau dikenali dunia bukan hanya karena sumber daya alamnya, tapi karena kekayaan budayanya.

“Bangsawan dan musikal Melayu bisa jadi kekuatan diplomasi budaya Nusantara,” tegas Reza. “Dan itu bisa dimulai dari mahasiswa.”

Dari Perak, mereka pulang ke Riau dengan kepala tegak. Tak hanya membawa pengalaman, tapi juga misi: menjaga agar mahkota warisan itu tetap bersinar, meski zaman terus berganti. (RK1)

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Rumah Budaya Tengku Mahkota Wakili Indonesia Ikut Simposium Bangsawan Nusantara di Perak

29 September 2025 - 11:00 WIB

Tyler Robinson, Penembak Kirk, dan Pesan di Balik Peluru

13 September 2025 - 13:17 WIB

Charlie Kirk: Perjalanan Singkat, Hidup Panjang Kontroversi, dan Akhir Tragis di Usia 31 Tahun

11 September 2025 - 19:34 WIB

Sekutu Dekat Trump Tewas Ditembak

11 September 2025 - 17:11 WIB

Gedung DPRD Makassar Dibakar Massa, Tiga Orang Dikabar Tewas

30 Agustus 2025 - 05:53 WIB

Trending di Internasional