Menu

Mode Gelap
PWI Rokan Hulu dan IKWI Kunjungi PWI Batam, Berdiskusi Program Kerja dan Silaturahmi Wabup Raja Bayu: Nelayan Adalah Pahlawan Ekonomi dan Penjaga Kedaulatan Bangsa Pemkab Meranti Klarifikasi Soal Putusan Banding, Penyampaian Pihak Swandi ‘Menyesatkan’ Publik  Dani Nursalam Pimpin LKP DPW PKB Riau, Abdul Wahid Berpesan Kader Harus Jadi Penjaga Ideologi dan Aspirasi Masyarakat Warga Hilang Saat Mencari Kerang Ditemukan Selamat Setelah Jalan Kaki 8 KM Pencari Kerang di Meranti Dilaporkan Hilang

Riau

AKSARA Desak Hakim Panggil Paulina dan Muller dalam Perkara Tumang

badge-check


					Bupati Afni seusai menjadi saksi konflik masyarakat Tumang dengan PT SSL. Perbesar

Bupati Afni seusai menjadi saksi konflik masyarakat Tumang dengan PT SSL.

RiauKepri.com, PEKANBARU— Aliansi Krisis Alam Riau (AKSARA) mendesak majelis hakim memanggil Paulina dan Muller Tampubolon sebagai saksi dalam perkara dugaan konflik agraria di Desa Tumang, Kabupaten Siak, yang melibatkan perusahaan kehutanan PT Seraya Sumber Lestari (SSL). Keduanya dianggap tidak memiliki legalitas namun terlibat aktif dalam proses pertemuan dengan kepala daerah.

Desakan itu muncul usai Ketua Majelis Hakim Dedy S.H., M.H. menyebut Paulina sebagai makelar saat sidang lanjutan perkara atas nama terdakwa Penghulu Tumang dkk, Kamis (16/10/2025) di PN Pekanbaru. Hakim menyatakan bahwa Paulina tidak terdaftar secara resmi di PT SSL, dan tidak berwenang mewakili perusahaan dalam pertemuan dengan Bupati Siak.

“Maka kalau ada nama Paulina atau siapapun, berarti dia makelar,” kata Ketua Majelis Hakim Dedy. Dalam sidang tersebut, hakim juga menyebut nama Muller Tampubolon, Ketua APHI Riau, yang mempertemukan pihak perusahaan dengan Bupati, sebagai pihak tanpa legal standing.

Sidang yang menggabungkan delapan nomor perkara itu menghadirkan langsung Bupati Siak Afni sebagai saksi. Ia hadir memenuhi panggilan pengadilan meski sebelumnya memiliki agenda dengan Wakil Menteri Dalam Negeri. Kehadiran Bupati diapresiasi AKSARA sebagai bentuk keberanian membela masyarakat Tumang.

Menurut Koordinator AKSARA, Rasid Jul, kehadiran Paulina dalam pertemuan dengan Bupati dan posisinya sebagai legal di 22 perusahaan kehutanan menunjukkan bahwa ia memiliki kuasa di luar kewenangannya. “Fakta bahwa ia bisa mengatur pertemuan dan mengklaim dekat dengan kepala daerah patut dicurigai sebagai bagian dari praktik korupsi kehutanan,” ujarnya.

AKSARA juga menyoroti sikap majelis hakim yang memuji legalitas PT SSL tanpa menggali lebih dalam proses penerbitan izinnya. Padahal, menurut data Senarai dan UPT KLHK Riau, lahan PT SSL berada di atas hutan rawa gambut dan sebagian besar kawasan diduga diperoleh melalui proses maladministrasi sejak awal.

Lebih lanjut, AKSARA menyebut jejak Paulina dan Direktur PT SSL Samuel Soengjadi telah terlibat dalam kasus korupsi kehutanan sebelumnya, termasuk dalam perkara yang menyeret mantan Bupati Siak Arwin AS. “Legalitas PT SSL tidak bisa dilepaskan dari sejarah kelam korupsi kehutanan di Riau,” kata Rasid.

AKSARA juga mengkritik majelis hakim karena dianggap berpihak pada perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan yang menyalahkan warga Tumang sebagai pihak yang menduduki lahan secara ilegal, serta sikap hakim yang memanggil direktur PT SSL untuk duduk di depan bersama Bupati di ruang sidang.

“Tugas hakim dalam perkara pidana adalah mencari kebenaran materiil, bukan jadi juru damai atau memberi tausiyah di ruang sidang,” tegas Rasid, menyayangkan sikap majelis yang dinilai melemahkan posisi masyarakat dalam konflik agraria.

Atas sejumlah kejanggalan itu, AKSARA mendesak KPK segera menetapkan Samuel Soengjadi dan Paulina sebagai tersangka atas dugaan keterlibatan mereka dalam korupsi kehutanan. AKSARA juga meminta Komisi Yudisial dan Bawas MA memeriksa majelis hakim yang dinilai melanggar kode etik.

Tak hanya itu, AKSARA juga meminta Komisi Kejaksaan Republik Indonesia (Komjak RI) memeriksa penuntut umum dalam perkara ini karena dinilai berpihak pada perusahaan. “Kami khawatir ini membuka ruang bagi mafia peradilan,” kata Rasid.

Aliansi AKSARA beranggotakan Senarai, Sandi, dan Ara Sati Hakiki, yang selama ini aktif mengadvokasi keadilan sosial dan ekologis di Riau. Mereka berkomitmen terus mengawal kasus ini demi keadilan bagi masyarakat Tumang dan lingkungan hidup. (RK1/*)

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Dani Nursalam Pimpin LKP DPW PKB Riau, Abdul Wahid Berpesan Kader Harus Jadi Penjaga Ideologi dan Aspirasi Masyarakat

19 Oktober 2025 - 13:30 WIB

BRK Syariah Dukung FinEXPO 2025, Dorong Masyarakat Lebih Inklusif dalam Akses Keuangan

18 Oktober 2025 - 18:29 WIB

PT RAPP Dituding Ingkar Janji Soal Normalisasi Sungai Dedap, Meranti

18 Oktober 2025 - 15:12 WIB

Gubri: Keberadaan PHR Belum Beri Multiplier Effect Pertumbuhan Ekonomi Riau

18 Oktober 2025 - 10:24 WIB

Afizal Sintong, Orang Pertama kembalikan Formulir

18 Oktober 2025 - 09:33 WIB

Trending di Pekanbaru