Oleh Azmi bin Rozali
Rata-rata umur kita yang hidup di zaman ini adalah 63 tahun, sesuai dengan umur nabi Muhammad Rasulullah. Satu atau dua orang kita menjumpai yang berumur 80 tahun atau lebih.
Satu hari waktu dunia adalah lamanya perputaran bumi terhadap matahari, yaitu 24 jam. Tapi setelah dunia ini berakhir waktu satu hari tidak lagi ditentukan oleh perputaran bumi kepada matahari yang ada sekarang.
Akhir dari dunia ditentukan oleh meledaknya bumi, matahari dan seluruh planet yang ada di tata surya. Itu yang disebut dengan kiamat.
Jika pun ada bumi, itu adalah bumi yang baru. Jika pun ada matahari, itu adalah matahari yang baru. Begitu pula benda-benda langit lainnya. Semuanya diciptakan baru.
Demikian juga soal waktu. Waktu satu hari tidak lagi ditentukan oleh perputaran bumi terhadap matahari sebagaimana yang kita pastikan sekarang. Di hari akhir nanti waktu berlangsung lebih lama.
Pada hari akhirat nanti lamanya waktu satu hari setara dengan 1000 tahun waktu dunia (Al-Qur’an surah Al Hajj 47). Artinya kalau kita hidup sampai umur 63 tahun maka sesampainya di akhirat kita merasakan lamanya kehidupan kita di dunia hanyalah 1,5 jam.
Jika kita bernasib baik berumur panjang sampai 100 tahun, maka sesampai di akhirat umur 100 tahun tadi hanyalah terasa selama 2 jam 24 menit. Hal ini terjadi karena perbedaan waktu tadi.
Di akhirat nanti kita semua akan berkumpul di padang mahsyar untuk dilakukan penghitungan. Semua catatan hidup kita akan direkapitulasi. Berapa poin kebaikan dan berapa poin kejahatan.
Pada saat itu kita semuanya akan terkejut karena seluruh catatan kita selama hidup di dunia dapat kita baca secara mendetail.
Sekiranya proses penghitungan amal seluruh umat manusia itu memakan waktu 1 jam, maka itu terasa seperti 41 tahun. Jika proses penghitungan itu memakan waktu satu hari maka itu terasa seperti 1000 tahun waktu dunia.
Bulan lalu kaki saya terbakar selama 1 detik. Akibatnya cukup membuat kaki saya melepuh dan luka. Sekiranya di akhirat saya terbakar selama 1 detik, maka itu terasa seperti 4 hari 5 jam waktu dunia. Bayangkanlah kalau kita terbakar selama 4 hari 5 jam. Jangankan 4 hari, 5 jam saja sudah bisa membuat badan kita jadi hangus seperti arang.
Teman saya sesama anggota DPRD ada yang menjabat satu periode, ada yang dua periode, ada yang tiga periode bahkan ada yang 4 periode. Ada juga yang setelah 4 periode terpilih menjadi wakil bupati. Artinya masa jabatan politiknya adalah 5 periode.
Sekarang kita hitung, sesampainya di akhirat berapa lamakah rasanya masa jabatan politik di dunia? Teman saya yang menjabat satu periode 5 tahun, maka setibanya di akhirat dia akan merasakan masa jabatan itu seperti 7 menit. Yang dua periode 14 menit. Yang 3 periode 21 menit. Yang 4 periode 28 menit.
Teman saya yang 4 periode menjabat anggota DPRD kemudian berikutnya terpilih sebagai wakil bupati 2 periode, total waktunya adalah 30 tahun. Maka. sampai di akhirat waktu 30 tahun menjabat tersebut hanya terasa seperti 43 menit.
Setelah segalanya dibuka dalam buku catatan, maka barulah terasa bahwa jabatan yang dikejar-kejar selama di dunia ini begitu sampai di akhirat hanyalah menjadi sebuah penyesalan. Karenanya nikmatnya tak seberapa. Tapi pembalasannya yang relatif panjang.
Apalagi selama menjabat banyak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum Allah. Mengambil keputusan politik berdasarkan kepentingan pribadi berupa angka-angka.
Atau dalam melakukan perjalanan dinas, menginap di hotel ditemani oleh seseorang yang bukan mahrom. Apalagi kalau tidak melakukan perjalanan tetapi namanya ada di Surat Perintah Tugas (SPT) lalu mengambil uangnya. Semua itu akan menjadi penyesalan.
Jika dalam penghitungan tersebut catatan buruk kita lebih banyak daripada catatan kebaikan dan misalnya kita dihukum hanya satu hari dibakar di neraka maka itu seperti berlangsung selama 1000 tahun waktu dunia.
Mudah-mudahan sahabat-sahabat yang membaca tulisan ini dapat membayangkan bagaimana rasanya kalau kaki kita terbakar selama 1 detik, seperti yang saya rasakan bulan lalu.
Artikel ini dibuat dengan maksud untuk mengajak pembaca semua untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin baik selama bulan Ramadan maupun bulan-bulan lainnya, agar kita bertaqwa.
Karena jika kita berpuasa Ramadhan selama 63 tahun tanpa batal, maka kita mendapat kebaikan sebanyak 1.890 hari puasa. Jika puasa tersebut membawa kita masuk surga maka itu hanya berlangsung selama 1,8 hari atau kurang dari 2 hari.
Dan seandainya sepanjang umur hidup kita kita berjumpa dengan 30 kali malam Lailatul Qadar, di mana satu malam Lailatul Qadar setara dengan 1000 bulan (83 tahun), maka jumlah pahala kita adalah 2.460 tahun waktu dunia. Jika ini membuat kita masuk surga maka itu hanya berlangsung 2,4 hari.
Padahal kehidupan di akhirat adalah abadi. Selama-lamanya. Saya selalu bertanya dalam hati, abadi itu berapa lama? Jika kita ambil patokan waktu yang lain di akhirat yaitu 50.000 tahun, maka kita bisa membayangkan, seandainya dengan amal ibadah, kita dapat masuk surga selama 10 hari, lantas sisa waktunya kita akan tinggal di mana? Hanya Allah yang tahu. Dan kepada Allah berserah diri. *
Penulis adalah trainer dan coach, pernah tiga periode menjabat anggota DPRD kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.