Mewarisi Kartini: Jalan Perempuan Muslim dari Kegelapan ke Terang

Oleh: Andryan Rahmana Riswandi

SETIAP peringatan Hari Kartini, kita mengenang sosok perempuan hebat yang tidak hanya menjadi simbol emansipasi, tetapi juga pelopor kesadaran akan pentingnya pendidikan dan kebebasan berpikir bagi perempuan. Kartini tidak memberontak dengan senjata, tetapi dengan pena dan gagasan. Ia membuka jalan dari kegelapan menuju terang, dari ketertinggalan menuju kemajuan. Dalam konteks ini, ungkapan legendarisnya “Habis gelap, terbitlah terang” bukan sekadar kalimat puitis, melainkan gambaran nyata dari perjuangannya.

Menariknya, semangat yang dibawa Kartini memiliki keselarasan mendalam dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Al-Qur’an. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 257, Allah SWT berfirman:
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya…”

Baca Juga :  Umur Kita & Waktu Akhirat

Ayat ini menegaskan bahwa keimanan membawa manusia keluar dari berbagai bentuk kegelapan: kebodohan, ketidakadilan, penindasan, dan kejumudan. Cahaya yang dimaksud bukan sekadar terang secara fisik, melainkan juga cahaya ilmu, keadilan, dan kesadaran spiritual. Inilah yang diperjuangkan Kartini mengangkat derajat perempuan melalui pendidikan agar mereka mampu berpikir, memilih, dan berperan aktif dalam kehidupan.

Kartini bukanlah sosok yang menentang nilai agama. Justru, dalam banyak suratnya, ia mengungkapkan ketertarikan mendalam terhadap Islam, bahkan sempat menyampaikan keinginan untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan pemahaman yang lebih baik. Ia melihat bahwa Islam sejatinya menjunjung tinggi perempuan, sebagaimana tergambar dalam banyak ayat Al-Qur’an dan keteladanan Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga :  Istighfar sebagai Inti Ibadah

Perjuangan Kartini hendaknya kita lanjutkan bukan sekadar sebagai simbol seremoni tahunan, melainkan sebagai inspirasi nyata untuk membangun masyarakat yang berkeadaban, inklusif, dan tercerahkan. Terutama bagi generasi muda Muslimah, nilai-nilai yang diwariskan Kartini dan petunjuk ilahi dari Al-Qur’an seharusnya menjadi bahan bakar untuk terus bergerak, belajar, dan memberi manfaat bagi sesama.

Saatnya kita pahami bahwa cahaya dalam ayat “minadzulumati ilan-nur” bukan hanya milik masa lalu. Ia adalah panggilan zaman, untuk setiap jiwa yang ingin bangkit dari gelapnya ketertinggalan menuju terang peradaban.

Baca Juga :  Hari Buruh 1 Mei 2025 Buruh Sejahtera, Dunia Usaha Sehat

Tentang Penulis:
Andryan Rahmana Riswandi adalah seorang anak muda dari Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, pemerhati isu sosial keislaman, dan aktif dalam kegiatan sosial keislaman dan literasi. Ia percaya bahwa Islam dan pendidikan adalah dua kunci utama dalam membangun peradaban yang berkeadilan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *