RiauKepri.com PEKANBARU- Sejenak, para undangan menahan napas karena ada rasa pilu dan sedih, air mata tertahan, berderai ke dalam hati. Sehingga terasa sebak di dada ini. Sebuah kisah perjuangan seorang anak bernama Bintang yang ingin membahagiakan orangtua di tengah kemiskinan, sejalan dengan masa kecil Gubernur Riau Abdul Wahid. Perjuangan hidup yang penuh luka ini mengundang air mata dan menjadi inspirasi untuk berbuat yang terbaik.
Senyum manis seorang anak perempuan berumur 12 tahun merekah bersama harapan yang perlahan tumbuh menjadi nyata. Namanya Bintang, dan sesuai namanya, ia bercita-cita menjadi cahaya bagi keluarganya, meski hidup “gelap” dan sempit oleh kenyataan.
Gadis ini merupakan anak yatim yang memiliki kesempatan melanjutkan pendidikannya di Sekolah Rakyat Pekanbaru. Kunjungan Menteri Sosial Republik Indonesia (Mensos RI), Saifullah Yusuf dan Gubernur Riau, Abdul Wahid ke sekolah tersebut, memberi semangat tersendiri Bintang.
“Saya bersyukur adanya Sekolah Rakyat ini. Karena untuk ke jenjang SMP itu biaya sekolahnya mahal. Tapi, beruntung saya bisa masuk seleksi program ini,” ujar Bintang di Pekanbaru, Selasa (27/05/2025).
Bintang adalah satu di antara anak yang terpilih menjadi bagian dari program Sekolah Rakyat, sebuah inisiatif pendidikan dari Presiden Prabowo Subianto yang bertuju kepada anak-anak dari keluarga prasejahtera. Ia merasa, mimpinya kini tak lagi semu.
“Terima kasih Pak Presiden, Pak Menteri, dan Pak Gubernur yang telah mewujudkan keinginan saya untuk bersekolah. Semoga saya dapat berprestasi dan membanggakan orangtua,” ucap Bintang.
Bagi Bintang, sekolah bukan hanya tempat belajar, tapi juga ruang untuk bermimpi lebih besar. Setiap hari ia menyimpan satu harapan yang mendalam di buku catatannya.
“Suatu hari nanti, saya ingin jadi orang sukses dan membahagiakan Mama,” catat Bintang.
Ibu Tangguh
Di balik senyum Bintang, ada sosok wanita tangguh bernama Monika Pasaribu, ia adalah ibunya. Monika merupakan seorang janda yang menghidupi ketiga anaknya, dengan menjadi pemulung sejak suaminya meninggal dunia.
“Sudah sekitar 14 tahun mengontrak rumah. Saya punya anak tiga, satu putra, dua putri,” katanya di hadapan Mensos RI dan Gubri Abdul Wahid.
Dijelaskan, pendapatannya sebagai pemulung hanya sekitar Rp1,5 juta per bulan. Dari uang itulah ia membayar sewa rumah, listrik, makan, dan kebutuhan sekolah anak-anaknya. Kadang, ia termenung kalau sudah tak cukup.
“Suami saya telah lama tiada. Jadi, selama ini saya membesarkan anak-anak sendirian saja,” katanya, dengan suara serak menahan tangis.
Meski hidupnya keras, Monika tidak pernah berhenti berharap anak-anaknya bisa mendapatkan pendidikan layak. Ia percaya bahwa pendidikan adalah satu-satunya jalan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan yang telah membelit keluarganya sejak lama.
“Saya sangat ingin anak saya melanjutkan sekolah. Tapi kalau melihat penghasilan saya, anak saya mungkin tidak dapat saya sekolahkan. Doa-doa saya ini terkabulkan melalui program Sekolah Rakyat,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Program Sekolah Rakyat bukan hanya membuka pintu kelas bagi anak-anak seperti Bintang, tetapi juga menghidupkan kembali impian yang nyaris padam dalam keluarga. Sekolah ini tak memungut biaya dan menyediakan fasilitas lengkap serta makan gratis.
Air Mata Gubri
Gubernur Riau, Abdul Wahid, memberikan motivasi penuh semangat kepada Bintang dan calon siswa Sekolah Rakyat. Di hadapan puluhan anak dari keluarga kurang mampu, Gubri berbagi kisah masa kecilnya yang penuh perjuangan.
Diungkapkan bahwa ia tumbuh sebagai seorang anak yatim. Sejak kecil, Gubri Abdul Wahid, sudah kehilangan sosok ayah. Namun, kehidupan yang serba terbatas tidak menghentikannya untuk bermimpi dan berjuang.
“Saya ini anak yatim. Sejak umur 10 tahun saya sudah ditinggal ayah. Tapi saya punya seorang ibu yang luar biasa, yang selalu mendoakan dan berjuang untuk kami,” ungkap Gubri Wahid terbata-bata menahan tangis yang sama dengan Bintang.
Setelah menghela napas, Gubri Wahid melanjutkan kisahnya. Katanya, semangat ibunya yang tak pernah padam menjadi bahan bakar utama dalam menjalani kehidupan. Dukungan itu membuatnya terus melangkah, menempuh pendidikan, hingga akhirnya dipercaya menjadi orang nomor satu di Provinsi Riau.
“Kalau saya bisa, kalian juga pasti bisa. Jangan pernah malu dengan keadaan. Jangan merasa kecil karena hidup susah. Justru dari keterbatasan itu kalian harus buktikan bahwa kalian punya potensi besar,” kata Gubri Wahid memberi semangat.
Masa Depan Bangsa
Menteri Sosial Saifullah Yusuf menekankan bahwa program ini akan terus diperluas dan diperkuat, karena menyangkut masa depan bangsa. Ia optimistis dengan persiapan yang sedang dilakukan secara intensif, Sekolah Rakyat dapat mulai berjalan pada awal tahun ajaran baru.
“Mudah-mudahan nanti tahap pertama ini di bulan Juli kita sudah mulai penyelenggaraan Sekolah Rakyat tahun ajaran 2025-2026. Sesuai dengan sekolah pada umumnya,” katanya. (RK1/MCR)
Editor: Dana Asmara