Menu

Mode Gelap
BMKG: Hujan Ringan hingga Sedang Berpotensi Guyur Kepri, Selasa 8 Juli 2025 PT Timah Tenggelamkan 36 Unit Atraktor Cumi di Perairan Buku Limau Belitung Timur PT Timah Serahkan Bantuan Bibit untuk Rumah Kompos KSM Resam Wanita Ini Ketahuan Selundupkan Narkoba Dalam Roti Kering di Lapas Pekanbaru Panitia Pacu Jalur Nasional Tepian Narosa Mulai Intensif Lakukan Persiapan Saiman: Tugas Berat Menanti Sekdapro Riau Definitif

Riau

Kekuatan Syair Membuat Gubri Wahid Menangis

badge-check


					Gubri Abdul Wahid duduk diapit Ketum MKA dan Ketum DPH LAMR Provinsi Riau. Perbesar

Gubri Abdul Wahid duduk diapit Ketum MKA dan Ketum DPH LAMR Provinsi Riau.

RiauKepri.com, PEKANBARU- Lantai II Balairung Tenas Effendi, Balai Adat Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), seketika hening. Delapan pendingin ruangan berdengung pelan, namun tak mampu mengusir suasana khidmat yang menghembai (tergantung) di ruangan. Di antara warna kuning emas ornamen Melayu yang membalut ruangan, suara merdu lantunan ayat suci Al-Qur’an dari Riski Alwi, S.Sy., M.H., membuka prosesi penabalan gelar adat untuk Gubernur Riau Abdul Wahid, Sabtu pagi (5/7/2025).

Namun keheningan itu mencapai puncaknya saat suara lembut mendayu menyusup dari sisi ruangan, syair Melayu didendangkan oleh Siska Armiza, pendendang syair antarabangsa, peraih juara ketiga Dendang Syair Antarabangsa Malaysia 2020. Irama malalak, surat kapal, dan selendang delima yang dibawakannya bukan hanya menghiasi seremoni, tapi menyentuh langsung lubuk hati sang kepala daerah.

Gubernur Abdul Wahid, kini bergelar Datuk Seri Setia Amanah, tak kuasa membendung air mata. Ia duduk diapit dengan Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat LAMR Datuk Seri H. Marjohan Yusuf dan Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian LAMR Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil, namun justru syair yang dibacakan Siska yang membuat dirinya terhuyung secara emosional.

“Saya sangat terharu. Syair ini mengingatkan saya kepada orangtua saya, saat pernikahan dulu. Banyak kenangan yang hadir,” ucap Wahid dengan suara bergetar.

Dari atas panggung, wajah Wahid berubah. Dendang syair membawa dirinya melintasi waktu, ke masa kecilnya di Simbar, Indragiri Hilir. Kenangan akan almarhum ayahnya, Rusman, menyeruak. Lalu seperti lembaran film yang berputar, semua kisah suka dan duka menari-nari dalam ingatannya. Di tengah keheningan dan senyum para undangan, di hati Wahid ada kesedihan yang sulit dijelaskan.

Syair yang membuatnya terisak adalah karya Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil, yang tak hanya mencatat sejarah, tapi menabur makna tentang pemimpin dan amanah. Di dalam bait-bait itu, disisipkan harapan, kepercayaan, dan sejarah hidup Wahid:

“Bertanggung jawab sejak kecil / Setelah dewasa semakin handal / Di atas semuanya itu kita doakan / Agar Tuan Wahid dalam lindungan ar-Rahman”

Gelar Datuk Seri Setia Amanah bukan sekadar penghargaan adat. Dalam sambutannya, Wahid menegaskan bahwa gelar itu adalah tanggung jawab besar.

“Gelar ini bermakna setia kepada janji, teguh memegang amanah, dan tidak berpaling dari marwah negeri. Pemimpin bukan untuk disanjung, tapi untuk menuntun,” ujarnya tegas namun tetap menyisakan sisa haru di matanya.

Ia pun menggarisbawahi komitmennya untuk terus menjadikan nilai-nilai budaya dan agama sebagai dasar kepemimpinan, sebagaimana tertuang dalam visinya: “Riau Bedelau” Riau yang Berbudaya Melayu, Dinamis, Ekologis, Agamis, dan Maju.

Penabalan ini bukan hanya tentang seorang gubernur. Ini tentang sebuah negeri yang tak ingin tercerabut dari akarnya. Sebuah prosesi sakral yang menyatukan pemerintahan dan adat, simbol bahwa budaya bukan ornamen masa lalu, tapi jantung identitas masa depan.

“Ini bukan hanya tentang saya. Ini tentang kita semua. Tentang Melayu yang tak akan hilang di bumi,” ucap Wahid.

Dan pagi itu, di tengah ruangan yang sakral, satu syair telah menembus dinding protokol dan formalitas. Ia sampai ke hati. Membuat seorang gubernur menangis.

Berikut ini syair karya Datuk Seri Taufik Ikram Jamil yang didendangkan Siska:

Inilah upacara penabalan gelar adat dinamakan
Kepada Gubernur Riau Tuan Abdul Wahid jadi pilihan
Datuk Seri Setia Amanah kita sebutkan
Payung panji adat Melayu Riau berkelanjutan

Di bahunya kini terletak berbagai harapan
Bukan saja urusan pemerintahan, tapi juga kebudayaan
Melingkupi semua ragam kemanusiaan bukan buatan
Berpadu dengan kepentingan alam yang bukan kebetulan

Cuma kita juga memiliki keyakinan
Tuan Abdul Wahid dapat menjalankan
didampingi istri Henny Sasmita yang rupawan
Apalagi dia tidak sendirian
Kita semuanya siap memasang perasaan dan pikiran

Di sisi lain kita pun sadar
Dari dulu Tuan Wahid sabar
Menjalankan kehidupan dengan tegar
Tak pilih-pilih kerja asal benar
Matan bertindak sebagai ikhtiar

Lahir 21 November 1980 di Simbar Inhil
Putra alm Rusman dan Hasura sudah lama terkenal
Bertanggung jawab sejak kecil
Setelah dewasa semakin handal

Di atas semuanya itu kita do’akan
Agar Tuan Wahid dalam lindungan ar-Rahman
Senantiasa lurus dan berkeadlian
Untuk Riau bedelau sepanjang zaman. (RK1)

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Wanita Ini Ketahuan Selundupkan Narkoba Dalam Roti Kering di Lapas Pekanbaru

7 Juli 2025 - 20:06 WIB

Saiman: Tugas Berat Menanti Sekdapro Riau Definitif

7 Juli 2025 - 15:49 WIB

Wapres Ikut Viralkan Aura Farming, Bupati Kuansing Dorong Semaraknya Pacu Jalur

7 Juli 2025 - 15:37 WIB

Gubri dan Kemenkum Riau Selaraskan Perda dengan UU Cipta Kerja

7 Juli 2025 - 13:30 WIB

Wapres Gibran Ikut Joget Aura Farming, Tarian Bocah Kuansing Jadi Fenomena Global

7 Juli 2025 - 12:24 WIB

Trending di Kuansing