Penulis adalah : Buana F Februari*
*Inisiator Gerakan Mahasiswa Kepulauan Riau (GMKR) dalam Perjuangan Pembentukan Provinsi Kepri 1998-2002
Refleksi Hari Jadi Provinsi Kepulauan Riau adalah momen untuk evaluasi terhadap kemajuan dan tantangan yang telah dilalui serta perumusan langkah strategis untuk masa depan, prosesi perayaan yang biasanya ditandai dengan kegiatan seremonial seperti upacara bendera, ziarah ke makam pahlawan, rapat paripurna, serta kegiatan keagamaan. Hari jadi Provinsi Kepulauan Riau jatuh pada tanggal 24 September, memperingati pemekaran Provinsi Riau menjadi dua provinsi dengan terbentuknya Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2002.
Pada tahun ini adalah peringatan hari jadi Provinsi Kepulauan Riau untuk yang ke 23 tahun, dan setiap tahun ya begini-begini saja, belum ada kejutan yang berarti, padahal tekad memisahkan diri dari Riau adalah karena Kepri menyebut mampu mengurus daerahnya sendiri dan yakin dapat lebih maju dan sejahtera, namun faktanya tak ada yang istimewa, penamaan diri sebagai Provinsi Kepulauan tetapi belum mampu mengelola kekayaan laut dan pesisir yang ada, tak payahlah bicara blok Migas lepas pantai yang tersebar di Natuna dan Anambas, atau berangan nak kutip Labuh Jangkar di sejumlah plotting titik labuh, mengembangkan potensi perikanan tangkap atau budidaya keramba apung saja belum bisa, jadi ya sudahlah.
Ada sebuah lakon dari negeri jiran yang berjudul Singapura Dilanggar Todak yang menjadi inspirasi dalam membuat tulisan ini, dan kisah itu menjadi pengingat akan pentingnya kepemimpinan yang adil, mendengarkan suara rakyat, serta menghargai kecerdasan tanpa memandang usia atau status. Cerita itu mengajarkan tentang dampak negatif dari rasa iri dan fitnah, serta pentingnya menghargai orang yang cerdas dan memiliki solusi.
Hang Nadim, budak kecil yang memberi saran ke Baginda Sultan untuk menggunakan batang pisang menghalang serangan ikan todak ke Temasik (Singapura) justru berakhir tragis dihukum mati tersebab fitnah. Di Provinsi Kepri pun hal tersebut acapkali terjadi, memanglah tidak dihukum mati tapi akan di jauhi dan tak dipakai, itulah sebabnya sepanjang sejarah kepemimpinan di Kepri, seorang Gubernur selalu dikelilingi para pembisik yang pembusuk, para pengurus yang penguras dan parah pelidah yang peludah.
Kilas balik untaian sejarah perjuangan pembentukan Provinsi Kepulauan Riau, pada satu momen pertemuan antara Gubernur Riau kala itu Saleh Djasit dengan barisan mahasiswa Kepri di pelataran gedung DPR RI, Senayan , Jakarta. Pernyataan dari seorang Buana F Februari kepada Gubernur, “Kami mahasiswa Kepulauan Riau merasakan pola pembangunan yang salah, kami adalah wilayah kepulauan tapi Riau hanya menerapkan konsep kontinental (daratan) dalam perencanaan pembangunan sehingga sudah saatnya Kepri jadi Provinsi sendiri”.
Setelah 23 tahun berdiri, Kepri Maju, Makmur dan Merata masih sebatas slogan, saat ini yang dibutuhkan adalah realisasi dan bukan lagi susunan narasi yang penuh dengan puja puji, dikritik lalu keluar caci maki, masyarakat Kepri minta bukti janji sebelum jadi, sebab kini mulai pelupa, sudah menang tak ingat kata, sudah dilantik banyak yang dilantak, sudah penguasa dekat ke pengusaha, Kepri butuh pemimpin bukan pemimpi.
Cukuplah Rempang yang terkoyak, jangan lagi Tanjungpinang dilelang, Kepri memang butuh investasi, tapi jagalah kedaulatan dan marwah negeri ini.
Menghadapi serbuan arus globalisasi, didukung daya letak Kepulauan Riau di perbatasan dengan negara lain maka sudah harus siap membentengi diri, ibarat serangan Todak, masyarakat Kepri harus merapat barisan dan memperkuat rasa persatuan di tengah keBhinnekaan, jangan mudah diadu domba dan tak terpengaruh berita dusta.
Pesan untuk Gubernur Kepri, mulailah menghimpun kekuatan sumberdaya, panggil pulang putra putri Kepri yang berkiprah di luar, beri mereka kesempatan mengabdi untuk Kepri, berdayakan anak tempatan, beri mereka pelatihan dan kompetensi, jangan sampai menjadi penonton di negeri sendiri.
Potensi Sumber Kekayaan Alam Kepri ayolah digesa pemanfaatannya, dengan tetap memperhatikan kelestarian alam dan budaya. Jangan biarkan kekayaan alam Kepri dijarah para mafia tambang yang berlindung dibalik jubah kekuasaan. Labuh Jangkar jangan sampai hanya menjadi legenda, banyak cerita tak dapat dirasa.
Patut bersyukur pada Yang Maha Pencipta, Kepri mungkin tercipta saat Tuhan sedang tersenyum karena Kepri selalu aman dan damai, tidak ada konflik horizontal yang terlalu, daerah ini sangat kondusif dan egaliter, semoga senantiasa dapat curahan rahmat dan karunia-Nya.
Semua kita punya peran masing-masing dalam membentuk sejarah.perjuangan pembentukan provinsi Kepri sesungguhnya belum selesai sebab Kepri belum menjadi seperti yang diharapkan. Mari samakan persepsi dan satukan tekad untuk perubahan lebih baik.
Provinsi Kepri jadi bukan hanya karena Aku atau Dia tapi karena Kita, Mereka, dan Kalian.
Selamat Hari Jadi Provinsi Kepri yang ke 23 tahun. Bagimu Kepri, Jiwa raga kami…