” Manusia mati meninggalkan nama…”
PEPATAH itu cocok untuk menggambarkan sosok Rajimah Binti Narab. Orang menyebutnya “ibu angkat” yang tulus dan berhati mulia. Ia berasal Desa Muaro Sentajo, Kecamatan Sentajo Raya, Kuantan Singingi, Riau.
Rajimah akrab disapa Jimah memang sudah tiada. Namun budi baiknya tetap dikenang sepanjang masa. Terutama bagi anak angkatnya yang kini sudah tersebar di berbagai pelosok daerah di tanah air Indonesia.
Rumah semi permanen milik Jimah menjadi saksi bisu dan tempat berteduh bagi guru-guru muda dari berbagai daerah yang kalah itu mengajar di SMP 1 Sentajo. Saking betahnya tinggal di rumah itu mereka baru pindah setelah menikah atau pindah ke daerah lain.
Ketulusan, kerendahan, dan keikhlasan hati seorang Jimah menampung guru-guru muda itu menjadi catatan sendiri bagi masyarakat Sentajo. “Kalau Kak Jimah tidak menyediakan rumah, entah di mana guru-guru muda itu tinggal untuk sementara waktu,” ujar Mogek – tetangga Jimah.
Sekedar catatan era 1980-1990-an yang kost di rumah Jimah sebut saja Kamal, Aidil Fitri, Syaiful, dan Ratna dari Sumatra Barat. Hasnah dari Aceh, Makmur dan Jon Nepal dari Pekanbaru, Rosmani (Kampar), Suminto (Jawa Tengah). Kemudian ada Juslim dan Yulinar dari Kuantan Mudik.
Selain itu ada Rial seorang Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan disingkat PPL yang jadi “adik angkat” Jimah. Rial dikenal juga pemain bola dan bulutangkis yang menikah dengan gadis asal Koto Sentajo. Kemudian ada Jari Jari pegawai SRDP dari Pulau Jawa.
Begitu tulus Jimah menjaga anak angkatnya itu. Layaknya seperti anak kandungnya sendiri. Tak ada sekat pemisah antara mereka. Itu bukti hubungan mereka dilandasi ketulusan.
Predikat orang tua angkat teladan layak disematkan kepada Jimah. Kayaknya predikat itu belum tergantikan sampai sekarang.
… Kendati anak angkatnya itu sudah pindah namun mereka tidak melupakannya.
… Kendati sudah berjauhan, saat liburan mereka mengujungi rumah Jimah untuk melepas kangen.
Begitu juga mereka sering mengajak Jimah ke kampung halaman mereka untuk liburan. Begitu dekat dan akrab dan hangat hubungan mereka.
Semasa hidup Jimah bersama suami tercinta Daud bin Said membuka kedai. Mereka menjual minuman dan makanan untuk sarapan pagi.
Yang dikenang masyarakat adalah ketan pulut dan pisang goreng buatan Jimah. Enak, gurih, dan tiada duanya. Mak Nyus…..
Jimah meninggal dunia pada 5 Februari 2021. Sedangkan suaminya Daud meninggal dunia pada 21 Juli 2016. Keduanya dimakamkan di Tanah Genting, Desa Muaro Sentajo.
Usaha yang dulu dirintis Jimah diteruskan cucunya Yetri Tanjung. Iyet sapaan akrabnya kini tinggal di rumah warisan Jimah yang kini sudah permanen.
Di rumah itu Iyet tinggal bersama anak semata wayang Jimah dan Daud bernama Edwar. Iyet memanggilnya Mamak Dewar.
Semasa muda Edwar lama melalang buana di Indragiri Hilir dan Tanjungpinang. Kini diusianya yang sudah senja dia memantapkan diri hidup bersama ponakan tercinta itu.
Jimah, sosok ibu yang tidak tergantikan. Ibu angkat yang tulus berhati mulia.
Penulis: Sahabat Jang Itam 12-10-2025