Menu

Mode Gelap
Waspadai Petir Dini Hari, Siang hingga Sore di Kepulauan Riau Cerah Berkabut LAMR Keluarkan Warkah Petuah, Serukan Keteguhan dan Ketenangan Hadapi Kasus Hukum Gubernur Riau Hikayat Ngopi Terakhir Sebelum OTT, SF Hariyanto Doakan yang Terbaik untuk Wahid Zul Arif Terpilih sebagai Ketua BPSK Kota Batam Pengemudi Online Jadi Mitra Strategis Polisi, Polda Kepri Bangun Sinergi Jaga Kamtibmas Lewat Deklarasi Bersama Tokoh Riau Desak Presiden Buka Cabang KPK di Riau

Ragam

H. Radja Roesli, B.A (1926-2014): Kepala Daerah Pertama Yang Mengundurkan Diri di Riau

badge-check


					Radja Roesli bersama istri tercinta Perbesar

Radja Roesli bersama istri tercinta

Pak Radja Roesli adalah tokoh
yang tak mau disebut tokoh.

Pak Radja Roesli adalah guru
yang tak pernah menggurui.

Pak Radja itu memakai filosofi padi:
“Semakin berisi, semakin merunduk”

Pak Radja itu ibarat kelapa:
“Makin tua makin banyak santannya”

UNGKAPAN itu disampaikan Prof. Dr. H. Amien Rais, M.A untuk menggambarkan sosok pejuang, tokoh, pendidik, ulama, borokrat, cendikiawan muslim, dan politisi dari Kuantan Singingi, Riau, H. Radja Roesli, B.A.

Amin Rais – Ketua MPR RI periode 1999-2004 adalah salah seorang sahabat yang menggagumi sosok Radja Roesli yang menjadi anggota DPR RI saat usianya 73 tahun.

“Kiprah tokoh empat zaman:6 sebelum kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, dan Repormasi ini memang tidak ada matinya,” ujar Amien Rais ketika “maota lomak” dengan penulis di ruang tunggu Bandara Internasional Soekarno Hatta – Jakarta, 2017 silam.

Sebagai seorang tokoh, kemampuan Radja Roesli dalam dalam menggunakan bahasa asing6 patut diacungkan jempol. Dia menguasai lima bahasa asing. Yakni Belanda, Jepang, Jerman, Inggris, Arab, dan Cina. Inilah “nilai plus” dirinya dibandingkan tokoh lainnya.

Dengan kemampuan pelbagai bahasa asing itulah, Radja Roesli disegani oleh kawan dan lawan politiknya. Namun, dia menyebut semua itu karunia dari Yang Maha Kuasa kepada dirinya.

Radja Roesli adalah putra terbaik pertama dari Kuantan Singingi yang menjadi Wali Kotamadya Pekanbaru yang dijabatnya selama dua tahun (1968-1970).

RADJA ROESLI lahir di Lubuk Jambi, Kecamatan Kuantan Mudik, Kuantan Singingi 16 Mei 1926. Terlahir dari pasangan H. Radja Soeleman dan Hj. Poeti Djolimah.

Radja Soeleman dikenal sebagai ulama bergelar Datuk Poeti Bongsu atau lebih dikenal dengan sebutan Ongku Kali karena ia pernah menjadi Qadi di Kenegerian Lubuk Jambi selama 26 tahun (1948-1974).

Qadi adalah seorang hakim yang membuat keputusan berdasarkan syariat Islam. Islam tidak pengenal adanya pemisahan masalah agama maupun yang berkaitan dengan hukum, sehingga Qadi berperan dalam penegakan aturan bagi setiap muslim.

Radja Soeleman pemeluk agama yang taat serta sempat menempuh pendidikan di Perguruan Thawalib Padang Panjang, Sumatra Barat 1924 – 1926. Sementera ibunya Hj. Poeti Djolimah hanya ibu rumah tangga yang tak sempat mengenyam pendidikan.

Radja Roesli menempuh pendidikan di Sekolah Desa (3 tahun) di Lubuk Jambi serta sekolah sore di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah. Pada tahun 1938, ia masuk ke Schakel Klas Hollandsch Inladsche School (HIS) Muhammadiyah di Padang Panjang, Sumatra Barat.

HIS yang juga disebut sekolah Belanda untuk Bumiputera pertama didirikan di Indonesia pada tahun 1914 seiring dengan diberlakukannya Politik Etis.

Pada tahun 1942 saat duduk di kelas 7 sekolah Radja Roesli di HIS sempat terputus akibat pecahnya perang dunia II (Perang Asia Timur Raya) antara Sekutu dengan Jepang (1942-1945). Namun mereka dinyatakan tamat Nood Verklaring (surat keterangan sebagai ijazah darurat).

Pada 1943 Radja Roesli kembali sekolah di Rensei Gaku In (Sekolah Menengah untuk calon pegawai negeri pada zaman Jepang) di Pekanbaru. Jelang kemerdekaan tahun 1945, dia diangkat menjadi pegawai negeri di Kantor Residen Riau (Riau Syu Choukun) di Pekanbaru 1 Januari 1945 dan 1 Juli 1945 pindah ke Kantor Wedana (Gunchu) di Telukkuantan.

MESKI sudah diangkat menjadi pegawai, namun Radja Roesli adalah anak desa di Riau yang berkeinginan besar dalam dunia pendidikan. Dan itu dibuktikan dengan kembali sekolah di SMP Pertama di Pekanbaru yang merupakan SMP pertama di Riau tahun 1946. Setahun kemudian ia kembali kuliah di Akademi Pamong Praja dan Administrasi di Bukittinggi, Sumatra Barat.

Akademi ini merupakan tempat berkumpulnya calon pegawai di delapan keresidenen di Sumatra yang dibentuk pemerintah Hindia Belanda. Yakni Aceh (Atjeh en Onderhoorigheden), Bangka-Belitung (Bangka en Biliton), Bengkulu (Benkoelen), Jambi, Lampung (Lampoengsche Districten), Palembang, Riau (Riouw en Onderhoorigheden), dan Sumatra Barat (Westkust van Sumatra).

Keresidenan Riau beribukota di Tandjoengpinang (baca Tanjungpinang). Wilayahnya meliputi: seluruh Provinsi Riau dikurangi sebagian wilayah Kabupaten Kampar dan ditambah seluruh Provinsi Kepulauan Riau.

Namun saat menempuh akademi ini, Radja Roesli yang memang akhirnya meninggalkan bangku sekolah karena terpanggil untuk berjuang bersama rakyat Indonesia lainnya. Pada 1 Januari 1949 ia bergabung dengan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Bersama pejuang lainnya dari Rantau Kuantan: Jamal Lako Sutan, Umar Usman, Umar Amir Husin, Buya Hasan Arifin, Buya Ma’rifat Mardjani, Ibad Amin, Sarmin Abroes, Syafii Yatimi, Thoha Hanafi, Saidina Ali, Moehamad Noer Raoef m
bergabung dengan pejuang lainnya mengusir tentara Belanda dari bumi pertiwi.

Mereka kerap tidur di hutan belukar dan sangat kekurangan makanan. Mereka pun harus6 menggotong radio dan berbagai perlengkapan lain. Kondisi PDRI yang selalu bergerilya keluar masuk hutan itu diejek Belanda sebagai: “Pemerintah dalam rimba6 Indonesia.”

Mr. Sjafruddin Prawiranegara6 selaku Ketua PDRI/Menteri Pertahanan/ Menteri Penerangan/ Menteri Luar Negeri ad Interim membalas:

“Meskipun dalam rimba, kami masih tetap di wilayah RI, karena itu kami pemerintah yang sah. Tapi, Belanda waktu negerinya di duduki Jerman, pemerintahnya mengungsi ke Inggris. Padahal menurut UUD-nya sendiri menyatakan bahwa kedudukan pemerintah haruslah di wilayah kekuasaannya. Apakah Inggris jadi wilayah6 kekuasaan Belanda? Yang jelas pemerintah Belanda tidak sah.”

Radja Roesli dipercaya sebagai salah seorang anggota Tim Pemerintah RI yang menerima penyerahan kekuasaan dari Pemerintah Hindia Belanda di Kabupaten Indragiri (Desember 1949). Dan sejak itu ia tercatat sebagai Asisten Wedana diperbantukan pada Bupati Indragiri di Rengat terhitung 1 Januari 1950.

Pada tahun 1952, Radja Roesli mendapat tugas belajar di Universitas Gadja Mada (UGM) Yogyakarta. Ia lulus tahun 1956 dengan gelar Baccaleaureat (BA). Kemudia di tempatkan di Kantor Gubernur Sumatra Tengah di Bukittinggi hingga akhirnya 1 Oktober 1956.

Kemudia Radja Roesli dipindah menjadi Asisten Wedana Kuantan Tengah. Dua tahun kemudian (1958) diangkat menjadi Wedana Kuantan dengan wilayah kekuasaan Kabupaten Kuantan Singingi sekarang.

Sebagai pegawai negeri Radja Roesli memang tidak pernah menolak tugas yang diberikan kepadanya. Kurun waktu 1959-1961 ia bertugas di Kantor Keresidenan Riau di Tanjungpinang sebagai Staf Pelaksana Penguasa Darurat Daerah (Pepelrada). Tugasnya menjalankan kewenangan berdasarkan undang-undang darurat perang atau SOB = Staat van Oorlog en Beleg yang dipegang oleh Panglima KODMAR II sejak 1 Juli 1959.

Setelah Ibukota Residen Riau pindah dari Tanjungpinang ke Pekanbaru tahun 1961, Radja Roesli kembali lagi ke Kantor Gubernur Riau di Pekanbaru. Hingga akhirnya mendapat tugas dari Departemen Dalam Negeri untuk belajar di Wayne State University di Kota Detroit, Michigan, Amerika Serikat6 pada tahun 1962.

Sekembalinya dari Negara Paman Sam tersebut, Radja Roesli ditempatkan sebagai Sekretaris Kotamadya Pekanbaru pada Agustus 1963. Ia mendampingi Tengku Bay asal Rengat sebagai Wali Kota periode 1962-1968.
Lalu pada 1966 Radja Roesli diangkat menjadi Patih – setingkat Wakil Bupati Bengkalis mendampingi Zalik Aris yang ketika itu menjadi Bupati di Bengkalis.

PADA 1968 – 1970, Radja Roesli menjabat Wali Kota Pekanbaru ke-8. Ketika terpilih jadi wali kota, dia sedang menunaikan ibadah haji. Dan kabar kemenangan yang menyakinkan itu di DPRD baru diterimanya ketika pulang dari ibadah haji. Dia mengalahkan calon yang diusung oleh Fraksi ABRI.

Selama jadi wali kota, Raja Roeli membuat masterplan Kota Pekanbaru yang hingga saat ini masih digunakan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru. Namun tugas ini tidak berjalan baik karena sikapnya yang keras dan selalu memegang teguh sumpah dan janjinya. Kalah itu ia “berseberangan” dengan Gubernur Riau Arifin Achmad.

Keduanya sama-sama keras kepala dan teguh dengan pendirian masing-masing. Akhirnya Radja Roesli memilih mundur dari jabatan sebagai Wali Kota Pekanbaru pada 1970. Surat pengunduran diri disampaikannya langsung kepada Gubernur Arifin Achmad.

Saat Gubenur Arifin Achmad menerima surat pengunduran diri itu sempat terjadi dialog singkat antara keduanya:

“Pak Radja apa ini sudah dipikirkan baik-baik?” tanya Arifin Achmad.

Radja Roesli menjawab: “Sudah, Pak. Sudah sejak beberapa waktu, Pak.”

Setelah menarik napas panjang Arifin Ahmad mengatakan: “Ya…, kalau demikian bekerjalah seperti biasa sampai ada pengganti.

Lalu Raja Roesli mengucapkan terima kasih atas tanggapannya. Kemudian berdiri dan setelah memberi hormat, dia keluar dari ruangan kerja gubernur Arifin Achmad saat itu.

Sebulan kemudian, Radja Roesli menerima surat keputusan pemberhentian sebagai Wali Kotamadya Pekanbaru oleh Gubernur Riau. Dalam surat keputusan tersebut jelas disebutkan “diberhentikan dengan hormat atas permohonan sendiri” digantikan oleh Abdul Rahman Hamid.

Rustam S Abrus “orang sekampung” dengan Radja Roesli dari Kuantan Singingi ketika ditanya Gubernur Arifin Achmad tentang Radja Roesli menyebut: Radja Roesli ibarat kucing di lempar kemana dan setinggi apapun kaki kucing tetap yang duluan jatuh ke tanah.

“Artinya?” tanya Arifin Achmad penasaran.

“Pak Radja Roesli akan tetap tegar di manapun berada karena5 pondasi (dasar-dasar agamanya) sangat kuat,” jawab Rustam S. Abrus seperti diceritakan kepada penulis terkait sikap Radja Roesli yang memilih mundur sebagai Wali Kota Pekanbaru.

Ketika terjadi perseteruan antara Arifin Achmad dengan Radja Roesli, Rustam S. Abrus mengaku mengalami dilema. Di satu sisi dia sekampung dengan Radja Roesli. Namun di sisi lain dia adalah bawahan langsung dari Arifin Achmad.

Namun Rustam S Abrus adalah pegawai negeri yang profesional. Pandai menjaga rasia dan menempatkan diri di mana dirinya bertugas. Rustam S. Abrus pernah menceritakan sebagian kecil saja perseteruan kedua orang yang dihormatinya itu. Namun dia mewanti-wanti: yang ini boleh ditulis, yang ini hanya sekedar untuk diketahui saja.

Tercatat dalam sejarah sejumlah pejabat yang pernah menjadi Wali Kota Pekanbaru adalah: Datuk Wan Abdul Rahman (1946 –1950), Datuk Ahmad (1950-1953), Tengku Ilyas (1953-1956), Muhammad Yunus (1956-1958), Orang Kaya Muhammad Jamil (1958-1959), Datuk Wan Abdul Rahman (1959-1962), Tengku Bay (1962-1968), Radja Roesli. B.A (1968-1970).

Selanjutnya Abdul Rahman Hamid (1970 – 1975 dan 1975-1981), H. Ibrahim Arsyad S.H ( (1981-1986), Drs. H. Farouq Alwi (1981-1986), Drs. H. Oesman Effendi Apan (1991-1996 dan 1996- 2001), Drs. H. Herman Abdullah, M.M (2001-2006 dan 2006-2011), Dr. H. Syamsurizal, S.E., M.M (2011-2012), Dr. H. Firdaus S.T., M.T (2012-2016), Drs. Edwar Sanger (2016-2017), Dr. H. Firdaus S.T., M.T (2017-2022), Muflihun S.S.T.P., M.A.P. (2022) dan Risnandar Mahiwa S.STP., (2024), Roni Rakhmat 2024-2025, dan Agung Nugroho (2025-2030)

SETELAH mengundurkan diri dari jabatan Wali Kota Pekanbaru, Radja Roesli memilih untuk bekerja sebagai Project Officer Badan Bantuan Internasional Inggris, Oxford Committee for Femine Relief (OXFAM) di Bogor pada tahun 1974,

Empat tahun bekerja di OXPAM pada 1978 Radja Roesli kembali “bertugas” di Kantor Gubernur Riau. Dia dilantik Gubernur Riau HR. Soebrantas Siswanto sebagai Kepala Bidang Sosial Budaya di Badan Perencanaan dam Penelitian Daerah (Bappeda) Tk. I Riau pada Desember 1978.

Selama di Bappeda Riau, Radja Roesli juga diperaya menyelesikan Tata Guna Hutan Terpadu (TGHT) sekaligus Sekretaris Eksekutif Universitas Lancang Kuning. Hingga akhirnya pensiun pada 1 Juni 1982.

Selain berkarier di pemerintahan, Radja Roesli juga pernah menjadi Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Riau (1990-1999).

Di organisasi Muhammadiyah Riau Radja Roesli meng-inisiasi pendirian sekolah dan perguruan tinggi yang dikelola persyarikatan Muhammadiyah Riau. Mulai dari SMK Muhammadiyah, Akademi Teknologi Otomotif Muhmmadiyah (23 Juli 1993), Akademi Perawatan (AKPER) Muhammadiyah (17 Juli 1994), Akademi Keuangan dan Perbankan Muhammadiyah (AKPM) pada 5 November 1998.

Ketiga akademi itu menjadi cikal bakal pendirian Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI). UMRI akhirnya terwujud berdasarkan SK Mendiknas RI No. 94/D/O/2008 tertanggal 5 Juni 2008.

UMRI merupakan universitas ke-29 milik persyarikatan Muhammadiyah di Indonesia. Sejak awal berdirinya, UMRI memiliki 5 fakultas yaitu: Fakultas Teknik6 Fakultas Ekonomi Fakultas Matematika Ilmu Pengatahuan Alam dan Kesehatan Fakultas Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komunikasi.

SAAT Reformasi bergulir, Amien Rais selaku pendiri DPP PAN menunjuk Radja Roesli sebagai salah seorang deklarator PAN di Riau pada 1998. Ia dipercaya sebagai Ketua MPP DPW PAN Riau.

Pada periode 1999 – 2004 Radja Roesli menjadi anggota DPR RI dari Provinsi Riau. Ia bersama Jahar Harahap (PDIP), Handjoyo Putro (PDIP), Pataniari Siahaan (PDIP), Rosnaniar (Golkar) Muhammad Akil (Golkar), Darwis Ridha (Golkar), Razali Yahya (PPP), dan Erman Suparno (PKB). Dia bergabung di Komisi II DPR RI yang punya kewenangan tentang keamanan.

Meski sibuk dengan segala bentuk aktivitasnya, Radja Roesli tidak melupakan kampung halamannya (Kuantan Singingi). Dia juga mendukung gerakan mahasiswa Riau pada masa reformasi tahun 1998.

Termasuk dukungannya kepada Kesatuan Mahasiswa Pemuda Indragiri Hulu (KMPI) Pekanbaru yang tergabung dalam Aliansi Reformasi Indragiri Hulu (ARI). ARI melakukan aksi mendukung pemberantasan kolusi korupsi dan nepotisme pada era reformasi di Indragiri Hulu.

Bahkan usai aksi ARI di Rengat akhir tahun 1998, Radja Roesli menjamu pentolan KMPI di kediamannya di Jl. Ronggo Warsito Gobah Pekanbaru. Radja Roesli bersama Samad Thaha dan Abbas Jamil mendengarkan curhatan ARI yang disebut Bupati Indragiri Hulu 6 Ruchiyat Saefuddin: aksi ARI itu lebih keras dari desingan peluru.

Radja Roesli juga ikut mendorong pemekaran Kuantan Singingi bersama sejumlah tokoh lain. Namanya tercatat sebagai salah seorang pejuang pendirian Kabupaten Kuantan Singingi.

SEBAGAI bentuk apresiasi atas perjuangannya bersama 21 tokoh Riau Radja Roesli menerima penghargaan dari Pemerintah Provinsi Riau. Penghargaan sebagai Pahlawan diberikan pada Rapat Paripurna DPRD Provinsi Riau sampena Hari Jadi ke-59 Provinsi Riau (9 Agustus 1957-9 Agustus 2016).

Radja Roesli ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan dari Riau melalui Surat Keputusan (SK) Nomor 673/VII/2016 tertanggal 21 Juli 2016.

Dari Kuantan Singingi penghargaan6 serupa juga diterima oleh Kolonel (Pur) H. Abbas Jamil dan Buya Ma’rifat Marjani. Ketiga tokoh ini memiliki peran masing-masing pada saat perjuangan Provinsi Riau.

Buya Ma’rifat Mardjani pernah menjadi anggota Parlemen RI pada masa Pemerintahan dipimpin oleh Ir. Soekarno – Hatta. Saat itu ia terpilih melalui pemilihan umum pertama di Indonesia tahun 1955, dan tergabung dalam Provinsi Sumatera Tengah.

Sementara itu Kolonel (Purn) Abbas Jamil dikenal sebagai tokoh pejuang kemerdekaan. Tokoh asal6 Cerenti ini pernah menjadi anggota DPRD Riau pada masanya.

Penerima penghargaan lainnya adalah Abdul Latief Datuk Bandaro Sakdi dari Kampar, Brigjen (Purn) Arifin Achmad (Bengkalis), Kol. (Purn) H. Masnur (Bengkalis), Letkol (Purn) Hasan Basri Lilit 6 (Bengkalis), Khadijah Ali (Riau), Letnan (Purn) M. Boya (Indragiri Hilir), dan Orang Kaya Muhamad Jamil (Bengkalis).

Selanjutnya ada Brigjen (Purn) HR6 Soebrantas Siswanto (Bengkalis), Sultan Muhamad Zainal Abidin (Rokan Hulu), Tengku Agung Syarifah Latifah (Siak), Mayor (Purn) Toha Hanafi (Indragiri Hulu), dan Tulus (Indragiri Hulu).

Kemudian sebagai Pejuang Agama Islam: Tuan Guru Syeh Abdurrahman Sidiq dari Indragiri Hilir. Pahlawan Bidang Politik dan Pemerintahan: Muhammad Johan (Kepulauan Meranti), Datuk Wan Abdulrachman5 (Pekanbaru) dan H. Daeng Muhayatul dari Kepulauan6 Meranti. Sementara Gelar Pahlawan Budaya diterima Dr. (Hc) Tennas Effendi dari Pelalawan.

RADJA ROESLI meninggal dunia dalam usia 88 tahun setelah menjalani perawatan intensif selama dua minggu di Rumah Sakit Ibnu Sina Pekanbaru. Dia meninggal akibat penyakit komplikasi pada Rabu 22 Januari 2014 pukul 17.30 WIB.

Kepergiannya di lepas Pejabat Gubernur Riau Drs. H. Djohermansyah Djohan yang didampingi Sekretaris Daerah Riau, H. Zaini Ismail dari rumah duka Jl. Ronggo Warsito Gobah, Pekanbaru. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Dharma Pekanbaru secara militer.

Dari pernikahannya dengan Hj. Rusyda, Raja Roesli punya 106 anak. Yakni: H. Radja Bastian Roesli, S.E, Radja Bambang Soetikno Roesli, S.Pd., M.B.A., Hj. Radja Ratnaningsih Roesli, Dra. Hj. Radja Rabiatun Roesli.

Kemudian Hj. Radja Yulia Iriani Roesli, S.E., Hj. dr. Radja Zulmaini Roesli, MARS. Hj. Radja. Rita Maphilinda Roesli, Hj. Radja Elly Wardhani, S.H., M.H, H. Radja Syahrul Roesli, S.E., M.M, dan Radja Oktaviar Roesli.

SOSOK Radja Roesli yang bersahaja dikenang anaknya Radja Bastian Roesli sebagai sosok orang tua yang penuh tanggung jawab dan perhatian. “Jika berziarah ke makam Ayahanda, kami selalu meneteskan air mata. Kami mengingat betapa beratnya perjuangan Ayahanda untuk keluarga yang dicintainya,” ujar anak pertama Radja Roesli ini.

Menurut Radja Bastian, sikap teguh pada pendirian sangat terlihat dari ucapan Ayahandanya sehari hari. Dan ini juga dipraktekkan ayahnya dalam setiap tindakannya. “Ada kata Ayahanda yang sering kami dengar: Katakan yang sebenarnya, meskipun pahit akibatnya.”

Kejujuran bagi Ayahanda menurut Radja77 Bastian dalam setiap langkah sangat besar nilainya. Ayahanda kami pernah mengalami pasang surut dalam kariernya. Namun karena sejak muda Ayahanda adalah6 “pejuang.” Semua suka duka dihadapinya dengan ikhlas. Tapi yang tidak pernah surut adalah semangatnya untuk memberi manfaat bagi orang lain.

Ayahanda dalam sikapnya seolah selalu berkata6 kalau rezeki itu datang dari Allah, kita harus7 berusaha dengan jalan terbaik dan jalan yang diridhoi oleh Allah. Ini juga yang menjadi teladan bagi kami anak anaknya. Kami sangat bersyukur memiliki orang tua yang sampai7 akhir hayatnya selalu bekerja dengan penuh semangat untuk kemaslahatan orang banyak.

“Ini seperti sudah menjadi obsesi Ayahanda, selalu6 berupaya memberi manfaat, tanpa berhitung6 soal keuntungan materil yang akan6 didapatkannya,” ujarnya mengenang.

Sementara itu di mata salah seorang cucunya Ardiansyah, kakeknya adalah sosok yang membanggakan bagi keluarga. Kakek bisa menjadi panutan bagi anak, cucu, cicit, dan keturunannya.

“Kakek selalu berbuat dan bertindak sesuai dengan satunya kata dan perbuatan,” ujar Adi sapaan akrab anak kedua dari empat bersaudara pasangan Radja Ratnaningsih Roesli dan Ismail.

Prof. Drs. H. Suwardi MS menyebut Radja Roesli perlu dicontoh oleh anak muda sekarang. Dia adalah anak jati Riau yang hidup penuh prinsip dan menjalaninya dengan baik. Meski bersikap keras, namun apa yang diperjuangkannya tetap berhasil.

“Radja Roesli adalah putra terbaik Kuantan Singingi yang fanatik dalam memperjuangkan daerahnya. Dia sosok pemimpin Melayu yang tak goyah dengan godaan materi,” ujar sejarawan Riau asal Kuantan Singingi ini.

Di mata Dr. Ir. H. Apendi Arsyad M.Si dalam tulisannya “Autobiografi Perjuangan Bpk H. Radja Roesli” sebagaimana dikutif dari portal berita Amanahnews mengatakan ada sejumlah watak (karakter) patut jadi suriteladan dari sosok Radja Roesli.

Sikap yang menonjol dari Radja Roesli menurut “Orang Cerenti” ini adalah kecerdasannya berpikir, melangkah, dan menarik hikmah. Pengabdiannya kepada masyarakat dan bangsa (nasionalis-religius), kesederhanaan hidupnya, dan taat menjalankan perintah dan menjauhi larangan agama.

“Selain itu Radja Roesli juga berhasil membangun keluarga sakinah dengan bukti telah melahirkan anak yang saleh dan cerdas ini,” ujar pendiri dan dosen Universitas Djuanda Bogor, Konsultan K/L, dan Pemerhati Sosial yang tinggal bermukim di Ciawi, Bogor ini.

Radja Roesli memang sudah lama meninggal dunia. Namun ibarat pribahasa: Harimau mati meninggalkan belang. Gajah mati meninggalkan gading. Manusia mati meninggalkan nama. Radja Roesli meninggalkan nama baik yang tak lekang oleh panas dan tak laput oleh hujan.

Nama dan jasanya hingga kini tetap dikenang. Sebagai generasi penerus bangsa, adalah kewajiban kita untuk meneruskan perjuangannya.

Penulis: Sahabat Jang Itam

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Kuansing Punya Cerita (5): Subuh di Pondok Bupati

4 November 2025 - 00:05 WIB

Kuansing Punya Cerita (4): Ketulusan Hati Sang Bupati

3 November 2025 - 00:10 WIB

Kuansing Punya Cerita (3): Antara “SUHARTO” dan “SUHARDIMAN” (Sisi Lain Sang Bupati)

2 November 2025 - 00:10 WIB

Kuantan Singingi Punya Cerita (2): Mana Mobil Dinasmu, Kawan? (Pertanyaan Serius Untuk Bupati Kuantan Singingi)

1 November 2025 - 06:56 WIB

Obligasi Indonesia di Tengah Dinamika Pasar Global

31 Oktober 2025 - 16:47 WIB

Trending di Ragam