Di Balik Organisasi

Hang Kafrawi

Oleh Hang Kafrawi

Di meja paling belakang, depan meja kasir, Atah Roy duduk sendiri sambil menikmati kopi. Sementara dua meja di depan Atah Roy terlihat Taman Cengkung, Tami Bengang, Uding Kengkang, Tapa Sulah, dan Ali Uban sedang asik bebual. Sepintas Atah Roy terdengar perbualan mereka membincangkan masalah organisasi di kampung ini, khususnya organisasi Mandiri Tegak. Masing-masing mereka menyampaikan strategi hendak menjadikan organisasi ini bermarwah dan bermanfaat bagi warga kampung. Dengan kuatnya organisasi ini, menurut mereka yang didengar Atah Roy, dapat membantu masyarakat. Tidak dapat tidak, organisasi ini harus diperjuangkan untuk kekuatan warga demi terwujudnya kesejahteraan warga kampung.

“Kite harus dudukkan dulu ketue baru, setelah itu barulah kite bergerak,” ucap Tapa Sulah.

“Suai betul aku dengan usulan dikau ni, Pa, sebab macam mane pun organisasi di kampung kite ini masih bergantung betul kepade arahan ketue. Semuenye dari ketue, kalau tidak, tak berjalanlah organisasi itu,” sambut Ali Uban dengan yakin.

“Mike macam mane ni, kite kan sudah sepakat bahwe Bakar yang menjadi ketue organisasi kite ni dan itu harus kite perjuangkan,” jelas Tami Bengang.

“Betul kate dikau tu, Mi, tapi masalahnye banyak orang kampung tidak setuju dengan Bakar jadi ketue,” ucap Udin Kengkang.

“Aku sepakat dengan Tami. Macam mane pun juge kite harus tetap mendukung Bakar jadi ketue. Selame ini Bakarlah yang tahu celah hendak memanfaatkan organisasi ini mendapatkan keuntungan. Mike ingatkan enam bulan lalu, Bakar mengertak penghulu dan kite langsung dapat hasilnyekan?” kata Taman Cengkung sambil menghirup kopinya.

Baca Juga :  Memperluas Jangkauan Pasar, Nasabah UMKM BRK Syariah Diberikan Pelatihan dan Sertifikasi Digital Marketing

“Aku ingat tu, Mam, tapi kalau dah orang banyak menolak Bakar, kite tidak dapat berbuat ape-ape,” ucap Tapa Sulah.

“Usah peduli, kalau kite kompak dan terus membangun cerite yang baik-baik tentang Bakar, lame-lame orang kampung menerime juge. Selame ini kan cume kite yang bergerak membesokan organisasi Mandiri Tegak ni,” jelas Tamam Cengkung lagi.

“Sangat masuk akal, Mam, sangat masuk akal. Orang kampung kite bukan peduli betul dengan organisasi ni. Paling penting bagi mereke kalau ade bantuan dan organisasi ini pulak yang menyalurkan, selesailah masalah tu,” tambah Tami Bengang.

“Ssssstttt…, jangan kuat-kuat becakap, Atah Roy ade belakang tu,” kata Uding Kengkang mengingatkan kawan-kawannya.

“Atah Roy aman dah, Leman Lengkung kan jadi orang kanan Bakar sekarang ni, sekretarislah pulak,” kata Tamam Cengkung.

Atah Roy menarik nafas panjang menahan amarahnya. Kalau Atah Roy turut hatinya yang sedang mendidih, pastilah sudah dibaliknya meja di depan Tamam Cengkung dan kawan-kawannya. Atah Roy masih bisa menahan diri dan menghirup kopinya. “Kalau aku perturut amarah aku, memang naas budak-budak ni aku buat,” ucap Atah Roy pelan sambil mengusap dadanya.

Beberapa saat Bakar Tupai datang bersama sekretarisnya, Leman Lengkung. Mereka langsung duduk di kursi yang tersedia dekat Tamam dan kawan-kawan. Leman Lengkung serba salah ketika melihat Atah Roy, bapak saudaranya, duduk di bangku belakang. Terpaksa jugalah Leman Lengkung tersenyum kepada Atah Roy. Atah Roy tidak mempedulikan senyuman Leman Lengkung. Atah Roy tak peduli dan kembali menghirup kopinya.

Baca Juga :  Kisah "Budak Kubu" Pendiri UMKM Rumah Tamadun

“Bagaimana ketue, selesai semue masalah kite?” Tamam Cengkung bertanya.

“Beres. Aku dan Leman baru selesai membagikan sembako kepade orang kampung,” jawab Bakar Tupai.

“Sembako dari mane ketue dapat ni? Untuk kami tak ade agaknye?” Udin Kengkang pula bertanya.

“Kalau sudah ketue mike ni turun tangan, jangan khawatirlah, selesai semuenye. Untuk ape kite punye massa kalau tak dapat menggertak orang. Makenye dukung aku tetap jadi ketue, mewah aku buat mike nanti,” ucap Bakar Tupai dengan sombong.

Mendengar ucapan Bakar, Atah Roy tidak dapat menahan emosi lagi. Dia langsung berdiri dan mendekati meja Bakar dan kawan-kawan. Mata Atah Roy tajam menatap Leman Lengkung, sementara Leman Lengkung hanya bisa menunduk.

“Dikau balik, Man!” ucap Atah Roy dengan suara tinggi.

“Tapi…”

“Balik kate aku, balik Man! Tak ade tapi, tapi! Kalau dikau hendak pakai ‘tapi’ juge aku tempeleng! Balik!”

Leman Langkung tidak berkata-kata dan dia langsung balik. Leman Lengkung tak berani melihat ke belakang. Dengan langkah besar dan cepat, Leman Lengkung meninggalkan kedai kopi tersebut. Setelah Leman Lengkung pergi, Atah Roy menatap tajam satu-satu orang yang ada di hadapannya.

“Hebat mike ye! Mike manfaatkan orang banyak untuk keuntungan mike pribadi ye!” suara Atah Roy bergetar menahan marah.

“Ape Atah ni? Menuduh orang tanpe bukti? Atah bisa kami laporkan ke pihak yang berwajib ni,” ucap Bakar Tupai dengan nada menantang.

Baca Juga :  Seru Menderu, Rohil dan Inhil Berebut Jadi Tuan Rumah Riau Bertanjak Jilid Tujuh

“Laporlah! Siket pun aku tak takut! Aku selame ini diam aje nenguk kelaku mike memanfaatkan organisasi untuk meraup keuntungan! Bukan aku tak tahu, banyak orang kampung ini yang sudah becakap kepade aku, mike memanfaatkan organisasi hendak menekan orang lain! Mengatasnamekan organisasi, mike bernegosiasi dengan pihak perusahaan atau pun pihak pemerintah. Kalau pihak perusahaan atau pejabat pemerintah di kampung ini tak sepakat dengan mike, mike pun ngajak orang kampung demo. Mike bodoh-bodohi orang kampung dengan janji-janji kesenangan bagi orang kampung! Nyatenye, mike yang kenyang! Dikau Bahar, dapat beli mobil dari mane? Keje tidak, tapi dapat beli mobil! Dapat dari memeras orang dengan menjual name organisasikan? Tak usah dikau nak belagak dengan aku, Bahar! Aku selame ini diam ngumpulkan bukti, sekarang ni semue bukti dah ade! Nak dibawak ke mane, yuk aku layan! Memang tak berotak betul mike semue ni, meraup keuntungan dengan mengatasnamekan organisasi dan menjual orang kampung! Kalau mike masih melanjutkan organisasi mike ni, make jangan salahkan aku orang kampung menyerang mike ye! Cam kan itu!” ucap Atah Roy tegas sambil meninggalkan kedai kopi.

Bakar dan kawan-kawan mati kutu, tak dapat mau bicara apa lagi. Kali ini mereka benar-benar dihajar Atah Roy dan apa yang dikatakan Atah Roy memang benar adanya.

Hang Kafrawi adalah nama pena Muhammad Kafrawi dosen Program Studi Sastra Indonesia, FIB UNILAK

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *