RiauKepri.com, JAKARTA – Indonesia bersiap menorehkan sejarah baru dalam perjalanan sastra dan kebudayaannya. Dalam waktu dekat, 26 Juli berpotensi resmi ditetapkan sebagai Hari Puisi Indonesia (HPI)—bertepatan dengan hari lahir Chairil Anwar, sang legenda puisi modern Tanah Air.
Langkah konkret menuju pengesahan ini kian dekat setelah Menteri Kebudayaan Fadli Zon menerima audiensi dari Yayasan Hari Puisi (YHP) yang dipimpin Asrizal Nur dan didampingi tokoh budaya Linda Djalil, Kamis (23/5/2025). Dalam pertemuan hangat tersebut, turut hadir sastrawan senior seperti Sutardji Calzoum Bachri, yang menyampaikan pandangan strategis demi penguatan posisi puisi dalam pembangunan kebudayaan nasional.
“Pertemuan ini sangat penting. Selain membahas rencana penetapan Hari Puisi, kami juga menyerahkan dokumen akademik setebal 126 halaman yang menguraikan latar belakang dan urgensi HPI,” ujar Sofyan RH Zaid, Sekretaris YHP.
Dokumen tersebut merupakan hasil kajian mendalam yang disusun untuk menunjukkan bahwa puisi bukan sekadar karya sastra, melainkan napas dari identitas kebudayaan Indonesia yang telah hidup dan membumi sejak masa perjuangan.
Fadli Zon yang dikenal sebagai pencinta puisi pun memberi angin segar. “Beliau menyambut dengan penuh apresiasi dan menyatakan akan mempelajari dokumen tersebut sebelum mengambil langkah pengesahan,” kata Wakil Ketua YHP, Dany Susanto, yang juga akademisi UI.
Lebih dari sekadar peringatan simbolik, Hari Puisi Indonesia diharapkan mampu mendorong pelestarian literasi budaya melalui berbagai program berkelanjutan seperti pelatihan penulisan puisi, penerbitan majalah sastra, hingga pemasangan puisi di ruang publik.
“Sikap dan sambutan Pak Menteri luar biasa. Beliau tidak hanya mendukung ide ini, tapi juga memiliki kepedulian yang tulus terhadap dunia puisi,” tambah Dany.
Ketua Dewan Pembina YHP, Rida K Liamsi, menekankan bahwa legalisasi HPI akan memperkuat posisi puisi Indonesia di kancah internasional, sejalan dengan Hari Puisi Dunia yang telah ditetapkan UNESCO.
“Dengan pengakuan resmi pemerintah, kita punya pijakan kuat untuk menjadikan puisi Indonesia bagian dari masyarakat sastra global,” tegasnya.
Asrizal Nur menambahkan, audiensi kali ini merupakan lanjutan dari pertemuan Desember 2024 lalu, yang kala itu juga disambut antusias oleh Menteri Kebudayaan.
“Harapan kami, 26 Juli segera menjadi tanggal keramat bagi puisi Indonesia. Ini bukan hanya tentang Chairil Anwar, tapi tentang masa depan kreativitas dan ekspresi bangsa,” pungkasnya.
Jika benar-benar diresmikan, maka 26 Juli akan menempati posisi penting dalam kalender nasional sebagai momentum refleksi, apresiasi, dan regenerasi dunia puisi Indonesia. Sebuah kemenangan kecil, namun bermakna besar bagi kebudayaan bangsa.