Menu

Mode Gelap
Di Tengah Amuk Warga Siak Masih Hangat, Menejer PT SSL Meninggal, Apa Pasal? Sah, PWI Tandatangani Panitia Bersama Kongres Persatuan Wabup Kepulauan Meranti Hadiri Penandatanganan Pakta Integritas SPMB SMA-SMK se-Riau Dukung Program Penghijauan Kapolda Riau, Polsek Rumbai Pesisir Tanam Pohon  108 Ribu Siswa di Riau Lulus SMP, Persoalannya Bukan Pada Daya SPMB PPPK Setwan Batam Ikut Sukseskan Goro Massal “Batam Bersih dan Bebas Banjir”

Riau

Riau BERDELAU Nyalakan Semangat Anak Jati Riau Menjemput Masa Depan

badge-check


					Hang Kafrawi Perbesar

Hang Kafrawi

Oleh Hang Kafrawi

Di atas tanah yang dibasuh empat sungai besar; Sungai Kampar, Sungai Siak, Sungai Indragiri, dan Sungai Rokan telah dibentangkan kehormatan dan kemuliaan warisan nenek moyang sebuah budaya, sebuah keagungan, sebuah harga diri. Riau bukan sekadar nama di peta, ia adalah tapak jejak panjang peradaban Melayu yang pernah memancarkan cahaya ke seluruh pelosok Nusantara. Maka ketika Gubernur kita, Abdul Wahid, mengusung gagasan Riau BERDELAU, singkatan dari “Berbudaya Melayu, Dinamis, Ekologis, Agamis dan Maju”, pada hari Jumat (2/5/2025) di Balai Serindit, Gedung Daerah, itu bukan sekadar slogan, melainkan seruan kebangkitan! Kebangkitan anak-anak Riau yang hidup di zaman kini. Ini adalah tanggung jawab, ini adalah tantangan, ini adalah marwah yang harus diwujudkan bersama-sama. Hilangkan sifat dengki, iri hati, perpecahan, dan telagah yang tidak bermanfaat untuk Riau yang berdelau.

Berbudaya Melayu bukan hanya memakai tanjak atau berpantun di acara resmi. Ini soal menjunjung marwah, menegakkan budi, dan menjaga bahasa ibunda dari serangan zaman. Ketika budaya kita dihidupkan dalam tutur, sikap, dan kebijakan, di sanalah jati diri kita berdiri gagah. Negeri ini pernah melahirkan cendekiawan, ulama, sastrawan, dan pemimpin bijaksana. Kini, saatnya generasi baru melanjutkan capaian itu dengan menggali khazanah lama untuk menyulut cahaya masa depan. Masa lalu telah membuktikan kegemilangannya, hari ini semangat masa lalu itu menjadi energi untuk berbuat pantang menyerah. Nilai-nilai kearifan lokal budaya Melayu menjadi tapak untuk kita hari ini mambangun Riau.

Dinamis berarti Riau harus lincah menghadapi perubahan. Dunia bergerak cepat; ekonomi digital, revolusi industri, krisis iklim, dan kecerdasan buatan datang bersamaan. Tapi orang Melayu itu bijak. Kita tak anti modern, tapi tak sudi digilas zaman. Riau yang dinamis adalah Riau yang anak mudanya kreatif, perempuan-perempuannya tangguh, dan pemimpinnya berpikiran jauh ke depan. Kita melangkah ke masa depan, tapi tak pernah lupa akar. Ceruk-ceruk kampung harus dijadikan semangat baru menukang Riau lebih baik lagi. Potensi-potensi ini harus sejalan dengan pemikiran hari ini, dikemas demngan tuntutan zaman tanpa meninggalkan kesejatiannya. Melayu bukan bangsa pemalas, hal ini bisa dapat dilihat dari orang-orang kampung yang sudah berkerja sebelum terbang lalat menakik getah, ke laut mengolah kebun-kebun yang mereka miliki. Semangat kampung harus dikombinasikan dengan kecerdasan anak-anak kampung yang merantau ke kota.

Ekologis adalah sumpah kita pada tanah yang membesarkan. Hutan yang dulu hijau kini menjerit. Sungai-sungai yang dulu jernih kini meratap. Maka Riau BERDELAU berarti Riau yang membela alam. Kita tak mau jadi pewaris tanah yang rusak. Kita ingin jadi penjaga yang setia menanam, merawat, melindungi. Sebab alam adalah ibu kandung peradaban Melayu. Dalam petuah orang Melayu, alam tak boleh dilawan, ia adalah kawan. Mereka menebang dengan adat, berburu dengan batas, mengambil secukupnya dan mengembalikan sisanya pada bumi. Hutan dipanggil rimba larangan, sungai disapa nadi kehidupan. Setiap pohon ada penunggunya, setiap batu ada tuahnya, hal ini bukan untuk ditakuti, tapi sebagai bentuk orang Melayu menghormati alam. Itu sebabnya orang Melayu memanfaatkan alam, seperti hutan, secukupnya, tidak berlebih-lebih. Orang Melayu tahu bahwa menggunakan hutan secara berlebihan akan mendatang petaka bagi mereka. Kita pewaris bukan hanya tanah, tapi juga tata cara memuliakan tanah. Dan ini harus dipegang sekuat-kuatnya sebagai wujud syukur kita kepada Sang Maha Kuasa, sehingga alam akan terus menjadi berkah bagi orang Melayu.

Ekologis bagi orang Melayu bukan sekadar urusan lingkungan, tapi urusan marwah dan warisan. Menjaga alam adalah menjaga kehormatan nenek moyang, dan menyiapkan masa depan anak-cucu. Riau BERDELAU adalah janji kita bahwa negeri ini tetap bernafas hijau, tetap mengalir jernih, tetap menjadi rumah yang layak untuk semua makhluk.

Agamis bukan cuma soal masjid megah. Ini tentang akhlak, kejujuran, kepedulian, dan keadilan. Islam yang menjadi pelita di tanah Melayu sejak dulu, adalah Islam yang lembut tapi tegas, yang tenang tapi menggugah. Kita ingin Riau yang menjunjung nilai-nilai Ilahi, menghadirkan keberkahan di tengah kemajuan. Bagi orang Melayu, agama bukan sekadar urusan pribadi, tapi sendi utama kehidupan. Dalam ungkapan yang diwariskan turun-temurun, disebut: adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah. Itulah adat yang sebenar adat, adat yang tunduk kepada tuntunan wahyu, bukan sekadar kebiasaan tanpa arah. Hidup orang Melayu dibangun di atas pijakan iman, dijalani dengan akhlak, dan diarahkan untuk maslahat. Riau BERDELAU yang agamis berarti Riau yang menjadikan nilai-nilai Islam sebagai cahaya dalam setiap keputusan, baik dalam rumah tangga, pemerintahan, pendidikan, hingga pengelolaan alam dan kekuasaan. Kita ingin negeri ini tak hanya tampak religius, tapi benar-benar menjadi taman kebaikan yang diridhai Allah dan dicintai manusia. Tak akan pernah sia-sia apabila agama menjadi pijakkan untuk membangun suatu bangsa.

Terakhir “Maju” adalah tujuan akhir kita. Namun demikian kemajuan yang kita inginkan bukan sekadar bangunan tinggi dan jalan mulus. Kita ingin kemajuan yang memanusiakan, yang menyatukan tradisi dan inovasi, yang memberi peluang bagi setiap anak Riau untuk bermimpi dan meraihnya. Riau yang sekolahnya hidup, kampusnya menggeliat, dan pemudanya tak lari dari tantangan.

Riau BERDELAU adalah nyala yang harus kita jaga bersama. Jangan hanya jadi penonton, jadilah pemain! Jadilah api kecil yang menyalakan semangat di kampungmu, sekolahmu, kantormu. Jangan biarkan tanah ini dibelah oleh keserakahan dan ketidakpedulian karena Riau adalah kita, dan kita adalah harapan. Bangkitlah, anak jati Melayu! Buktikan bahwa kita bukan hanya pewaris masa lalu, tapi pencipta masa depan!

Hang Kafrawi adalah nama pena Muhammad Kafrawi dosen Program Studi Sastra Indonesia, FIB UNILAK

 

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Di Tengah Amuk Warga Siak Masih Hangat, Menejer PT SSL Meninggal, Apa Pasal?

13 Juni 2025 - 19:11 WIB

Di Malam Gelap, Nelayan Rupat Selamatkan 32 Nyawa Pekerja Migran Ilegal

13 Juni 2025 - 15:31 WIB

LAMR Gelar Serangkaian Kegiatan Milad ke-55

13 Juni 2025 - 15:07 WIB

Dari Riau Menjemput 2 Juta Pasien Senilai Rp176 Triliun yang Berobat ke Luar Negeri

13 Juni 2025 - 14:56 WIB

Menkes RI Resmikan Groundbreaking RS UPT Vertikal Riau, Diharapkan Jadi Pusat Rujukan Kesehatan di Sumatera

13 Juni 2025 - 14:35 WIB

Trending di Nasional