Menu

Mode Gelap
Waspadai Petir Dini Hari, Siang hingga Sore di Kepulauan Riau Cerah Berkabut LAMR Keluarkan Warkah Petuah, Serukan Keteguhan dan Ketenangan Hadapi Kasus Hukum Gubernur Riau Hikayat Ngopi Terakhir Sebelum OTT, SF Hariyanto Doakan yang Terbaik untuk Wahid Zul Arif Terpilih sebagai Ketua BPSK Kota Batam Pengemudi Online Jadi Mitra Strategis Polisi, Polda Kepri Bangun Sinergi Jaga Kamtibmas Lewat Deklarasi Bersama Tokoh Riau Desak Presiden Buka Cabang KPK di Riau

Ragam

Kuansing Punya Cerita (4): Ketulusan Hati Sang Bupati

badge-check


					Diskusi dengan Bupati Kuantan Singingi Suhardiman Amby, M.M: isinya Perbesar

Diskusi dengan Bupati Kuantan Singingi Suhardiman Amby, M.M: isinya "daging" semua. F: Dok

SAYA tidak bermaksud memuji Bupati Kuantan Singingi, Dr. H. Suhardiman Amby, M.M. Tapi saya ingin menyampaikan realita yang saya lihat dan saksikan sendiri ketika berkunjung ke pondoknya Senin 13 Oktober 2025 lalu.

Di kampung halamannya Desa Pulau Panjang, Kecamatan Inuman, Kuantan Singingi sang bupati mendirikan Pondok Pesantren. Ini bukan pondok kaleng-kaleng tapi pondok benaran. Namanya Pondok Pesantren Imam Shaleh.

Ada 200 lebih santri yang mondok di sini. Semuanya dibiayai sang bupati secara gratis. Mulai dari pakaian, makan-minum, pengobatan, hingga nginap. Tis …tis …tis .. pokoknya gratis.

Berapa rupiah yang harus dikeluarkannya setiap hari, minggu, bulan, dan tahun. Jangan dihitung ya…. Tapi saya yakin Tuhan selalu membantu orang yang berbuat kebaikan.

Tak perlu ada yang dicurigai dari sang bupati dengan pondoknya itu. Itu murni pengabdian dan cita-citanya sedari dulu.

Waktu kami kuliah di Unri Pekanbaru, sang bupati selalu bercerita tentang impiannya itu. “Di akhir hidup saya ingin hidup dan mati di tengah santri,” katanya berseloroh.

Kami menyebutnya mimpi di siang bolong. Tapi dia haqqul yakin dengan impiannya itu. “Sekarang kalian boleh tak percaya tapi lihat nanti saya akan membuktikannya,” ujarnya percaya diri.

Dan, ternyata impian tahun 1990-an itu terwujud tahun 2020 an. Allah mendengar doa hambanya. Hal yang mustahil itu kini nyata.

Lalu yang menarik di pondok sang bupati adalah santri yang mondok di situ. Ada empat golongan:
1. Anak Yatim (anak yang ayahnya sudah wafat)
2. Anak Piatu (anak yang ibunya sudah wafat).
3. Anak Yatim Piatu (anak yang ibu dan ayahnya sudah wafat).
4. Anak fakir, miskin, dan terlantar.

Dan, santri tidak hanya berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi. Ada juga dari Kota Pekanbaru, Indragiri Hulu, dan lainnya.

Jika berada di pondok, jam 4 subuh sang bupati sudah bangun. Dia bergabung dengan santri dan salat subuh berjamaah. Sang bupati jadi imam.

Usai salat subuh ketika santri makan, sang bupati ikut berbaur. Tak ada perbedaan. Apa yang dimakan santri itu pula yang dimakan sang bupati.

Selamat kawan… salut … salut.. salut….

Catatan Sahabat Jang Itam: 3 November 2025.

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

LAMR Keluarkan Warkah Petuah, Serukan Keteguhan dan Ketenangan Hadapi Kasus Hukum Gubernur Riau

6 November 2025 - 18:59 WIB

LAMR Prihatin, Minta Masyarakat Tenang Sikapi Kasus Gubernur Riau

6 November 2025 - 06:52 WIB

Mendagri Perintahkan SF Hariyanto Jalankan Tugas sebagai Gubernur Riau

5 November 2025 - 18:03 WIB

KPK Prihatin dengan Riau, Empat Gubernur Terjerat Kasus Korupsi

5 November 2025 - 17:05 WIB

KPK Ungkap Jatah Preman Abdul Wahid Rp 7 Miliar, Pejabat Menolak Dicopot

5 November 2025 - 16:00 WIB

Trending di Nasional