Oleh Ma Rifatullah
Sholeh adalah seorang pemuda yang rajin beribadah dan hafal Qur’an sejak kecil. Dia selalu bercita-cita untuk menjadi hafizh Qur’an yang baik dan berguna bagi masyarakat. Oleh karena itu, dia berusaha belajar dan menghapal Qur’an dengan sungguh-sungguh. Hari demi hari ia lewati dengan memperbanyak dengan membaca al qur an serta dengan motto hidup tiada hari tanpa membaca Al Qur an.
Suatu hari, sholeh mendapatkan kabar bahwa dia di tunjuk untuk mengikuti perlombaan hifdzil qur an dengan hadiah utama yaitu mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke luar negri.setelah pengumuman pemenang di sebutkan yang menjadi juaranya adalah sholeh.
sholeh berhasil mendapatkan beasiswa kuliah di Timur Tengah untuk memperdalam ilmu agama dan memperdalam kemampuan hafal Qur’an. sholeh sangat senang dan bersyukur atas kesempatan yang diberikan oleh Allah.
Namun, kebahagiaan sholeh tidak bertahan lama. Setelah memberitahu kabar ini kepada keluarganya, sholeh mendapatkan reaksi yang kurang positif dari mereka. Keluarga sholeh menganggap bahwa sholeh masih terlalu muda dan belum siap untuk meninggalkan keluarga dan pergi ke negara yang jauh.
Sholeh mencoba untuk meyakinkan keluarganya bahwa ini adalah kesempatan yang langka dan berharga bagi dirinya untuk memperdalam ilmu agama dan hafal Qur’an. Namun, keluarganya tetap tidak memberikan restu kepada sholeh dan menganggap bahwa dia lebih baik tetap tinggal di kampung halaman untuk memakmurkan masjid di kampung halamannya,sebab kakeknya selaku imam masjid di sana menginginkan sholeh melanjutkan estafet perjuangannya.
Sholeh merasa sedih dan kecewa. Dia merasa bahwa keluarganya tidak memahami betapa pentingnya kesempatan ini bagi dirinya. Namun, sholeh tidak ingin menyerah dan terus berusaha meyakinkan keluarganya.
Dia mulai mengajak keluarganya untuk belajar bersama-sama tentang keislaman yang sebenarnya dan bagaimana memperdalam pengetahuan tentang agama Islam. Sholeh memperlihatkan kekeliruannya pada penafsiran ayat-ayat Al Qur’an menurut paham keluarganya serta menjelaskan makna dari setiap ayat yang dia hafal.
Dengan tekad yang kuat, sholeh mempersiapkan segala peralatan untuk keberangkatanya tersebut. Setelah beberapa waktu, ia berhasil lolos seleksi dan dinyatakan mendapatkan beasiswa kuliah di Timur Tengah. Sholeh sangat senang dan bersyukur atas kesempatan yang diberikan kepadanya.
Namun, tantangan yang di hadapi sholeh yaitu meluluhkan hati orangtuanya .yang mana Keluarga sholeh merasa khawatir dan takut jika sholeh bersikeras harus pergi jauh dari mereka. Mereka mengatakan bahwa sholeh bisa saja belajar di perguruan tinggi lokal yang juga memiliki kualitas pendidikan yang baik.
Suatu hari, sholeh merenungkan bahwa Ini adalah kesempatan yang sangat berharga baginya untuk memperdalam pemahamannya tentang agama yang dicintainya. Namun, ada satu hal yang mengganjal di hatinya, yaitu dia belum mendapatkan restu dari keluarganya.
Ketika sholeh memberi tahu keluarganya tentang beasiswa tersebut untuk ke sekian kalinya, Mereka merasa khawatir dengan keamanan di Timur Tengah dan merasa takut kehilangan sholeh. Meskipun sholeh mencoba meyakinkan keluarganya bahwa dia akan aman dan bahwa ini adalah kesempatan yang luar biasa baginya, keluarganya tetap tidak memberikan restu untuk pergi.
Sholeh merasa sangat sedih. Dia tidak ingin kehilangan kesempatan ini, tetapi dia juga tidak ingin melawan kehendak keluarganya. Sholeh merenung sejenak dan memutuskan untuk berdoa dan meminta bimbingan dari Allah SWT.
Setelah berdoa, sholeh merasa tenang. Dia tahu bahwa ini adalah kesempatan yang diberikan Allah SWT kepadanya dan dia tidak boleh melewatkan kesempatan ini. sholeh memutuskan untuk pergi ke Timur Tengah tanpa restu keluarganya.setelah ia berpikir kembali alangkah baiknya ia mencoba membujuk kedua orangtuanya beserta keluarganya dan akhirnya ucapan “ restu” dari keluarganya dia dapatkan dan langsung melakukan sujud syukur. Setelah ia mendapatkan restu keluarga iapun mempersiapakan peralatanya dan berangkat dengan senyum yang gembira.
Setelah tiba di Timur Tengah, sholeh memulai kuliahnya dengan semangat tinggi. Dia belajar dengan tekun dan mencapai prestasi yang luar biasa. Dia menjadi lebih cakap dalam bahasa Arab dan memperdalam pemahamannya tentang agama Islam.
Namun, sholeh merasa sangat rindu dengan keluarganya. Dia merindukan senyum dan pelukan mereka. Setiap kali sholeh merasa sedih, dia mengingatkan dirinya sendiri tentang tujuannya yang mulia dan memperkuat tekadnya untuk menyelesaikan studinya.
Beberapa tahun kemudian, sholeh berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan predikat yang membanggakan. Dia merasa bersyukur atas semua pengalaman dan pelajaran yang diberikan kepadanya. Sholeh kembali ke kampung halamannya dan mendapatkan sambutan yang hangat dari keluarganya. Mereka bangga atas kesuksesan sholeh dan mengucapkan terima kasih karena telah membuktikan bahwa keputusannya untuk pergi ke Timur Tengah adalah benar.
Ketika sholeh mendapat tawaran kerja yang ia impikan dari kecil yaitu menjadi pendakwah, ia merasa begitu senang dan bersemangat. studi yang ia lakukan saat ini adalah bagian dari tekadnya untuk menjadi seorang ulama yang mampu memperjuangkan kebenaran agama. Semua merasa bangga dengan keberhasilan yang di buktikan oleh sholeh al katach el djihadi.
Ma Rifatullah adalah mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia FIB Unilak