Merawat Tradisi Sastra Lisan Nolam, TIM FIB Unilak dan FKIP UIR Taja Pelatihan di Desa Teratak

Sebagai upaya dalam melakukan revitalisasi sastra lisan nolam, tim FIB Universitas Lancang Kuning berkolaborasi dengan tim dari FKIP Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Riau dan Nolam Institut, kembali melakukan pelatihan nolam bagi pemuda Desa Teratak, pada hari Sabtu, 27 Juli 2024.

Kegiatan berlangsung di Aula Kantor Desa Teratak, Kecamatan Rumbio Jaya. Tampil sebagai moderator Muhammad Ali Sadikin, S.E., M.E, guru Ponpes Darul Fatah dan anggota Nolam Institut.  Hadir sebagai peserta, perwakilan dari empat dusun di Desa Teratak.   Masing-masing dusun mengirimkan dua perwakilan. Dibimbing oleh panolam satu-satunya di Kecamatan Rumbio Jaya, Bapak Maryulis, para peserta dengan antusias melakukan praktek manolam.

Turut hadir juga siang itu Kepala Desa Teratak, Etak Murlizar, M.Sos. “Saya sangat menyambut baik kegiatan pengabdian masyarakat oleh tim dari Unilak dan UIR yang berupaya mengangkat kembali kebudayaan lokal Kampar, nolam ini. Semoga ini hanya pembuka saja dan akan dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan berikutnya”, ujar beliau.

Baca Juga :  Jampi Air

Kegiatan pelatihan tersebut dilakukan dengan beberapa sesi. Sesi pertama penyampaian materi tentang nolam dari berbagai persfektif. Hal ini bertujuan untuk membangun kesadaran para peserta akan pentingnya sastra lisan nolam. Tim dari Unilak dan sekaligus founder Nolam Institut, Alvi Puspita, S.Pd., M.A, menyampaikan bahwa manolam sebagai tradisi lisan Kampar merupakan Warisan Budaya Tak Benda yang di dalamnya terkandung banyak hal, mulai dari sistem nilai masyarakat Kampar Limo Koto, pengetahuan kearifan lokal serta nilai-nilai Agama Islam. Nilai Tauhid merupakan nafas utama dalam Nolam. Oleh karena itu, di tengah  perkembangan peradaban saat ini dengan segala nilai-nilai baru yang dibawanya, Manolam perlu direvitalisasi. Apalagi kondisi sastra lisan Nolam ini bisa dikatakan sudah diambang batas punah karena panolam sudah banyak yang tiada dan pewarisan tidak berjalan baik.

Adapun Dr. Roziah, M.A dari Universitas Islam Riau, menyampaikan dalamnya nilai religiusitas dari naskah-naskah nolam. “Saya bukan orang Kampar. Saya orang Bengkalis. Tapi saya sangat peduli dengan eksistensi sastra lisan nolam ini karena menurut saya isinya sangat penting. Nolam ini sastra lisan dengan kandungan agama yang kuat. Berbeda dengan mantra atau pantun”, ujar pengajar di Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UIR yang sekaligus juga Wakil Direktur Nolam Institut.

Baca Juga :  Di Dampingi Penghulu Kampong Penyengat dan Camat Sungai Apit Bupati Siak Drs Alfedri MSi Lepas Peserta Jalan Santai

Sementara arti penting nolam dari sudut pandang pendidikan disampaikan oleh Bambang Irawan, S.Pd., M.Pd. Ketua IGI Kampar ini yang juga adalah Kepada Divisi Pendidikan Nolam Institut, pengasuh Ponpes Darul Fatah dan Guru di SMP Negeri 40 Pekanbaru yang juga sebagai dosen luar biasa di Universitas Pahlawan, menyampaikan materi terkait relevansi tradisi lisan manolam dalam dunia pendidikan. Menurutnya manolam sebagai kegiatan bersastra memiliki fungsi edukasi yang tinggi. Di dalamnya terkandung berbagai nilai mulai dari agama hingga sosial yang itu penting dalam pembangunan karakter peserta didik. Sehingga sastra lisan nolam perlu dijadikan materi ajar dalam pembelajaran sastra di sekolah.

Baca Juga :  Jadi Pemateri di BRK Syariah, Kompol Tedy Ardian Paparkan Berbagai Kasus Kejahatan Bank dan Pencegahannya

Kegiatan inti dari pengabdian ini adalah praktek manolam. Para peserta dibimbing untuk bisa menyenandungkan teks nolam oleh Bapak Maryulis. Salah seorang peserta Bu Nurhayati menyampaikan harapannya “Untuong lai abi pandai suok bulio tabangkik batang nan lalamo taghondam du” (semoga banyak yang berminat dan pandai manolam sehingga bisa bangkit batang terendam).

Penghujung kegiatan ditutup dengan penyerahan kaos nolam bungo kepada para peserta, Kepala Desa Teratak dan narasumber utama Bapak Maryulis. Kaos ini merupakan alih wahana sastra lisan nolam ke dalam bentuk produk kreatif sebagai media kampanye nolam. Berperan sebagai seksi dokumentasi dalam kegiatan ini, Zul Herman, S.Sos, guru Ponpes Darul Fatah dan anggota Nolam Institut.  (Rls)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *