Lelaki dan Malam
Awan putih tipis melayang di bawah bulan
seorang pria terjebak dalam kegelapan
cahaya menikam pundaknya
angin membawa nyanyian
nada-nada waktu menyulam sunyi
Ia tetap berdiri walau memikul malam
gelap yang merayap menyapa tubuh
denting kematian harus dikubur
agar ketakutan tak membakar diri
Garis bintang menari di kepalanya
terbentang bayang rindu
tak ingin ia menumpahkan air mata
tersebab kekalahan bukan jalan akhir
Menyongsong Arus Kita Berdiri
Kita berlari gelap mendekap
Keringat di tubuh mengalir cahaya
Mulut terkunci kata-kata lesap
Api sunyi semakin membara
Adakah engkau kehilangan arah
Disaat purnama membelah malam
Dinding dipukul angin sejarah
Tak seharusnya kita membela diam
Peperangan sudah lama dimulai
Gelombang derita lurus ke depan
Kita peluk setia menanak lalai
Tanah ini tak menyimpan kenangan
Menunggu nasib berubah sendiri
Di pangkuan takdir kita menyerah
Tiada perlawanan wujud diri
Sepanjang masa waktu berdarah
Kita berlari di malam pekat
Bermusim tangis mengiba duka
Tertunduk dipaksa kelam melarat
Menongkah sedih dikutuk petaka
Biar disumpah menjadi batu
Durhaka diri membela negeri
Kepedihan tanggung rasa rindu
Menyongsong arus kita berdiri
Jalan Ikhlas
Hujan pecah di mata hati
mendung berkabar badai
kembara kisah tak berhenti
ditikam rindu tak pernah usai
Hari-hari berlari semakin cepat
purnama di tanjung belah malam
takar diri hendaklah bertempat
menyaring cahaya berkah disulam
Belum sempat bersih kenangan
cawan kasih melimpah sudah
pada sukma bertanam keyakinan
melepas ragu mendekap berkah
Ada luka yang terus berdarah
jalannya sunyi berhampar sepi
hanya kepada Allah kita berserah
pastilah hidup akan berseri
Ikhlas
Aku bertandang rumah sepi
menyedu bulan dari gelap
dalam badai raga api
terasing bising dan lenyap
Puing-puing rindu menderu
perangkap fana silau mata
tangkup sesat sepanjang waktu
darah ngalir muara duka
Cemas menyala berburu ragu
hati jua terbakar sunyi
kembara tuju ke padang beku
hari ke hari dikebat mimpi
Tak perlu sesal dirunsingkan
telaga kasih terus mengalir
melayar perahu harus disampaikan
gelombang diri tegap hadir
Kepada Yang Satu bersekutu
cahaya menang akan terbentang
itulah tujuan hidup bermutu
penembus batas segala rintangan
Nyanyian zikir ke dalam jiwa
kepada Mahakuasa berserah diri
biarlah orang memandang hina
asalkan Allah melapangkan hati
Meremas Sepi
Jangan pernah takut bermimpi
Rengkuh saja waktu penghalang
Hidup bukan meminta kasihan
Kau harus tetap berdiri
Walau luka seluas tubuhmu
Kekalahan hanya untuk para pengecut
Bersembunyi dari kenyataan yang tak akan pernah hilang
Busungkan dadamu dan remaslah duka itu
Tak ada yang mesti kita ragukan
Allah selalu bersama orang yang mengenal diri
Maka teruslah berlari peluk matahari
Hang Kafrawi adalah nama pena Muhammad Kafrawi, dosen Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Lancang Kuning