RiauKepri.com, ROHIL- Di bawah tenda sederhana yang dipenuhi senyum warga dan semangat budaya Melayu, Gubernur Riau Abdul Wahid berdiri bersama sang istri, Henny Sasmita. Kamis (12/6/2025) itu, bukan hanya tasyakuran biasa. Itu adalah momen pengikat janji, janji seorang pemimpin muda kepada tanah pesisir yang telah lama menunggu pembangunan menyentuh bibir laut mereka.
Rokan Hilir bukan kampung halaman Wahid, ia berasal dari Indragiri Hilir, tapi belakangan lebih sering kakinya berpijak di tanah Rohil. “Saya merasa sangat senang berada di Rokan Hilir. Masyarakat di sini luar biasa. Hidup di tepian sungai dan laut, orang pesisir itu kuat, terbiasa menghadapi ombak,” ujarnya.
Nahkoda dari Selatan
Wahid menyebut dirinya “anak muda Lancang Kuning” metafora bagi semangat kemelayuan yang membara. Ia menggambarkan Riau sebagai kapal besar yang harus dinakhodai dengan hati-hati, bukan sekadar dipoles janji. “Saya tak ingin membawa Riau menjadi kapal yang salah arah. Insyaallah, saya akan berlayar membawa Riau lebih baik, lebih maju, dan lebih sejahtera,” ungkapnya.
Di hadapan tokoh adat dan masyarakat, Wahid menerima tepuk tepung tawar, tradisi doa keselamatan dari budaya Melayu. Ia menyambutnya bukan sebagai seremoni simbolik, melainkan sebagai bekal rohani untuk mengarungi lima tahun yang penuh gelombang.
“Saya mohon doa dari seluruh masyarakat Riau, agar saya selalu dalam lindungan Allah dan bisa menunaikan amanah ini dengan sebaik-baiknya,” pintanya.
Pesisir Sebagai Prioritas
Sebagai gubernur, Wahid tak sekadar hadir dengan ucapan syukur. Ia membawa visi jelas, membangun Riau dari pinggir. Wilayah-wilayah pesisir seperti Kubu, Pelipahan, Dumai, hingga Sinaboi akan menjadi prioritas, terutama dalam hal konektivitas jalan.
“Jalan itu tak bisa dibangun dengan pendekatan single yes. Harus multi yes. Apalagi materialnya harus didatangkan dari luar. Tapi saya yakin, infrastruktur yang baik akan mempercepat ekonomi dan mengangkat kesejahteraan warga pesisir,” ujarnya.
Janji yang Dibawa Ombak
Anggaran provinsi memang tak gemuk, bahkan berada dalam situasi defisit. Tapi Wahid tak ingin hal itu menjadi alasan untuk mengingkari janji politik yang dulu ia ucapkan saat Pilkada. Ia tahu, harapan masyarakat bukan pada pidato tapi pada hasil.
“Saya tidak ingin banyak janji tapi tak ditepati. Lintas pesisir sampai Kubu akan saya perjuangkan. Karena pembangunan ini bukan untuk gaya, tapi untuk mengentaskan kemiskinan,” katanya, disambut tepuk tangan warga.
Rohil, Tanah yang Setia
Wahid tak lupa menaruh hormat kepada Rokan Hilir sebagai salah satu daerah yang memberikan dukungan besar saat Pilkada. Kini, katanya, saatnya membalas kepercayaan itu, bukan dengan baliho, tapi dengan pembangunan nyata.
Tasyakuran itu pun ditutup dengan semangat, semangat seorang pemimpin muda yang memilih berlayar dari pinggir, dari pesisir, dari tempat yang kerap dipandang terakhir, tapi justru menyimpan kekuatan pertama. (RK1)
Editor: Dana Asmara