PERKENALKAN namaku Amril beken dipanggil Buyuang. Aku punya facebookku. Akunku bernama Sandal Jopang. Aku lahir di Desa Koto Sentajo, Kecamatan Sentajo Raya, Kuantan Singingi, Riau 9 Maret 1975. Ibu Elismah, ayahku Yahya.
Dari pernikahanku dengan Darlaini, aku punya empat anak: Resty Oktaria Ningsi, Istha Dwi Aulia, Mahdi Ar Raziq, dan Nafasyah Safwa Umayzah.
Sejak 1 Oktober 2006, aku bekerja sebagai Security atau Satpam di PT. Telkom Telukkuantan. Perjalananku kerjaku dimulai saat aku melamar kerja di PT Sandi Putra Makmur (SPM) di Pekanbaru. Ahamdulilah aku diterima tepat 1 Januari 2006.
Pahit dan manisnya pekerjaan kulalui. Pertengahan 2007 aku diikutsertakan ke lapangan membantu pasang baru jaringan telepon. Masa itu belum ada internet seperti sekarang ini. Awal 2008 barulah masuk jaringan Speedy atau Internet.
Pada 2010 IndiHome masuk ke Teluk Kuantan. Aku ingin juga di desaku (Sentajo) jaringan itu masuk. Tapi pihak Telkom tak tertarik karena katanya jarak yang terlalu jauh dari Telukkuantan.
Pada 2016 aku nekad mengusulkan pemasang jaringan IndiHome di Sentajo. Usulanku itu bertepuk sebelah tangan. Di situlah aku mulai bekerja berat.
Kenapa?
PT. Telkom memintaku mencari foto copy KTP calon pelanggan sebanyak 200 buah. Kalau dapat KTP sebanyak itu IndiHome di Sentajo baru dipasang. Aku kunjungi rumah masyarakat Sentajo minta KTP. Banyak yang menolak dan menyebut diriku “calo.”
Aku hanya bisa mengumpukan 60 buah. Akhirnya aku mendatangi atasanku Syahruddin. Aku memohon supaya jaringan Internet di pasang di Sentajo. Gayung bersmbut. Bapak Syahruddin mendukung usulanku.
Akhirnya datang karyawan PT Telkom dari Pekanbaru untuk survey ke Sentajo. Hasilnya di luar dugaanku. Dengan berat hati petugas itu mengatakan tidak bisa pasang jaringan di Sentajo. Alasan jarak terlalu panjang sehingga jaringan tidak bisa dipasang. Katanya jaringan terpasang jaraknya hanya bisa 10 Km dari kantor PT. Telkom Teluk Kuantan.
Aku desak lagi Bapak Syaharuddin agar bisa di pasang jaringan di Sentajo. Tiga bulan kemudian datang lagi team survei PT Telkom dari Medan. Alhasil masih tetap tidak bisa dipasang dengan alasan yang sama.
Kemudian di pertengahan tahun 2016 datang team survei dari Medan lebih tinggi jabatan dari team yang pertama. Di situ aku nampakkan taringku sebagai orang bagak Sentajo yang bekerja di PT. Telkom. Aku sadar jabatannyaku hanya SATPAM untuk memperjuangkan pemasangan IndiHome di Sentajo.
Dengan sedikit ancaman aku sampaikan:
“Jika jaringan tidak terpasang di Sentajo, kabel yang lewat di Sentajo akan aku putuskan.”
Alhamdulilah Maret 2017 terpasang. Pada Juli 2017 aktif. Belum sampai tiga bulan tiba-tiba aku diancam dari Medan. Katanya pelanggan belum sampai 50 persen di Sentajo. Aku memohon minta tenggang waktu sampai Desember 2017. Kalau tidak tercapai target sampai Desember aku siap diberhentikan secara tidak hormat.
Aku memberi alasan pada Juli s.d Oktober 2017, masyarakat Sentajo banyak kebutuhan. Saya minta tenggang waktu. Bila November 2017 tidak tercapi saya siap diberhentikan.
Perjanjian awal setiap dapat pelanggan baru di Sentajo sebagai sales aku dapat fee Rp 100 ribu per pelanggan. Tapi janji itu tinggal janji. Aku berharap jadi kenyataan tapi tidak terlaksana.
Kembali awal cerita di awal aku kerja sebagai Satpam di Telkom aku juga kerja mengojek lebih kurang 5 tahun. Setelah itu aku beli mesin penggiling tebu. Kalau siang ngak kerja aku jualan es tebu. Di mana ada keramaian di situlah aku buka Pangkalan “Es Tebu”
Kerja keras itu tak pernah menghianati hasil.
*) Sahabat Jang Itam